Dalam berbagai topik seputaran infrastruktur yang dibangun secara masif dalam masa pemerintahan Jokowi, hal-hal yang seksi untuk dibicarakan adalah menyangkut kegiatan ekonomi semata. Meningkatnya volume bisnis setelah kawasan atau daerah tersebut dilewati oleh jalan yang dibangun.
Tapi kita lupa bahwasanya - walaupun tidak terlalu sering juga dikatakan, Jokowi pernah berucap bahwa kita bukan hanya membangun jalan, tapi kita juga membangun sebuah peradaban.
Bicara kata peradaban berarti didalamnya ada kebudayaan, ada masalah sosial, ada masalah tehnologi dan lain sebagainya.
Koq bisa menjadi begitu melebar kemana-mana?.
Sayapun baru menyadarinya setelah berinteraksi dengan orang-orang yang merasakan sentuhan berupa dilewatinya daerah mereka oleh jalan mulus yang dibangun oleh Jokowi atau pelabuhan yang dibangunnya juga.
Coba kita serba sedikit melihat apa kaitan pembangunan infrastruktur ini dengan tehnologi misalnya.
Konon menurut informasi yang saya dapatkan, pembangunan jalan tol Lampung - Palembang, ada sebagian ruas jalan itu yang melintasi daerah gambut atau bahasa setempat daerah rawa.
Lahan gambut ini memang rada susah, tanahnya tidak stabil dan tehnik membuat jalan diatasnyapun tidak mudah dan cenderung mahal.
Ternyata para insinyur kita dapat mengatasi persoalan di lapangan ini dengan mengembangkan tehnik berupa penyedotan air di lapisan bawah tanah  dengan baik. Dan katanya tehnik penyedotan ini lebih hemat biaya dan lebih ramah lingkungan daripada tehnik sebelumnya dikenal. Dan ini murni hasil rekayasa para insinyur lapangan Indonesia.
Dari sinilah jadi jelas dan terang benderang, bahwasanya pembangunan infrastruktur ini adalah masalah peradaban - yang salah satu komponen didalamnya merupakan tehnologi.