Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Ahok "Si Pahit Lidah?"

11 Mei 2021   11:00 Diperbarui: 11 Mei 2021   19:34 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari belakangan ini di grup-grup WA dipenuhi dengan video pendek perkataan Ahok di akhir persidangan kasusnya ditahun 2017 dan kutipan-kutipannya. Kurang lebih saat ini Ahok mengatakan bahwa: siapa yang menzaliminya akan mendapatkan malu kelak kemudian hari.

Dan mulai sejak itu, semua kejadian yang menimpa orang-orang yang berseberangan dengan Ahok karena tidak setuju dengannya selalu dikait-kaitkan dengan perkataan Ahok ketika diakhir persidangannya itu. 

Setelah membaca semua berita yang dibagikan oleh netizen, saya teringat saat kecil ada satu orang nenek yang sudah sepuh, mungkin berusia 75 tahun lebih. Nenek ini menurut ceritanya, kalau dia berkata tentang sesuatu maka orang-orang percaya bahwa apa yang dikatakannya itu akan menjadi kenyataan. Sehingga orang banyak menghindari "berurusan" dengan nenek ini.

Misalnya kalau ia berkata: awas ya, kamu nanti sakit. Biasanya tidak lama kemudian orang tersebut jatuh sakit.

Orang-orang menyebut nenek ini sebagai "si pahit lidah", maknanya adalah bahwa apapun yang dikatakannya akan menjadi kenyataan.

Apakah memang ada orang yang memiliki "kesaktian perkataan" seperti itu? - atau hanya sebuah dongeng semata untuk memberikan label pada seseorang.

Menurut kaum stoa - yang hidup dimasa 3 abad sebelum masehi di Yunani, satu-satunya yang bisa dikendalikan oleh manusia adalah pikirannya. Diluar pikirannya semua terjadi menurut keteraturan alam semesta - kurang lebih seperti itu. Berdasarkan kepada pemahaman kaun stoa ini, sebetulnya Ahok sama sekali tidak berperan secara langsung terhadap apa yang terjadi dengan orang-orang yang berseberangan dengannya.

Jika seperti itu, mengapa rata-rata mereka yang "dipermalukan" itu menurut para pembela Ahok diakibatkan karma perlakuan tidak adil mereka terhadap Ahok. Entahlah..

Tetapi menurut pandangan saya, mereka semua "dipermalukan" itu dikarenakan mereka hanya menanggung resiko  dari perbuatannya saja. Jadi tidak ada hubungan dengan "si pahit lidah".

Kenapa ia ditangkap? - karena korupsi, sebuah tindakan melawan hukum. Kenapa ia meninggal karena covid-19?, karena ia mengabaikan tindakan untuk berhati-hati dengan menjaga prokes.

Jadi mitos si pahit lidah itu adalah sebuah "kebetulan" yang memang mungkin terjadi didunia yang penuh dengan misteri ini. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun