Ketua Konsul Kedokteran Indonesia, Bambang Supriyatno -- mengatakan bahwa kebutuhan dokter di Indonesia adalah 45 dokter per 100.000 penduduk. Sedangkan saat ini menurut dia, ada 50 dokter per 100.000, artinya kita sudah kelebihan dokter.Â
Mungkin ini akibat dari sejak kecil banyak anak-anak yang bercita-cita untuk menjadi dokter. Hm.. ya sudahlah -- kita paling pintar mencari-cari kambing hitam.Â
Dengan kelebihan jumlah dokter yang dibutuhkan seharusnya tidak terjadi ketimpangan kualitas kesehatan antara satu daerah dengan daerah yang lain. Wong jumlah dokternya lebih dari cukup.Â
Katanya, dokter-dokter tadi lebih banyak konsentrasinya di kota-kota besar. Mungkin dokter-dokter yang baru lulus tidak begitu tertarik untuk berkarya di kota kecil atau daerah terpencil. Apalagi Indonesia yang begitu luas ini.Â
Kenapa mereka enggan untuk berkarya di kota-kota kecil atau terpencil?, mungkin juga ini salah satu penyebabnya -- lagi-lagi cari kambing hitam.Â
Biaya untuk menyelesaikan pendidikan kedokteran sangat mahal sekali. Jika tidak sungguh-sungguh memiliki uang yang banyak sulit untuk masuk dan belajar di fakultas kedokteran.Â
Tentu selain uang juga kepintaran diperlukan. Bagi yang tak punya uang tetapi berhasrat menjadi dokter maka yang diandalkan untuk menembus dinding fakultas adalah kepintaran si anak dan keberuntungannya. Tak ada jalan lain.Â
Ini berasumsi lagi, jika anak "orang kaya" lulus dari fakultas kedokteran sepertinya mereka tidak bisa dengan serta merta menerima jika ditempatkan di pelosok Papua. Mungkin ini juga bisa menjadi salah satu penyumbang menumpuknya dokter di kota besar. Koq hari ini pinter ya mencari kambing hitam.Â
Kira-kira pertengahan tahun lalu, menteri Luhut Binsar Panjaitan (LBP) mengatakan sepertinya perlu dipikirkan dibukanya peluang untuk pihak asing mendirikan rumah sakit di Indonesia.
Menurut beliau rumah sakit yang didirikan itu adalah jenis rumah sakit yang canggih sehingga mampu menarik pasien berduit lokal yang biasa berobat ke Singapore atau Malaysia untuk berobat didalam negeri saja, sehingga menghemat devisa yang sangat besar tersedot keluar selama ini untuk berobat. Syukur-syukur rumah sakit  tadi mampu menarik pasien-pasien yang ingin berobat dari luar negeri.Â