Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etika Kita Semakin Pudar

14 November 2018   15:55 Diperbarui: 14 November 2018   16:01 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membasuh kaki ibu adalah salah satu upaya membangun karakter dan etika anak untuk selalu menghormati orang tuanya (harian.analisadaily.com)

Di era teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini yang namanya bekerja sama sudah sulit ditemui dan cederung semakin memudar, mengajak warga di komplek perumahan untuk menggelar acara gotong royong pun saat ini sulitnya setengah mati. Memang, di beberapa daerah kekerabatan dan kerja sama antar warga masih ada yang terjaga dengan baik.

Sejak era Orde Baru (Orba) yang dipimpin oleh mantan Presiden ke-2 RI Soeharto tumbang tanggal 21 Mei 1998, pada awalnya memunculkan satu harapan bahwa negeri ini akan lebih baik, lebih memperhatikan masyarakatnya dan kue pembangunan bisa merata sampai ke desa-desa. Harapan itu pada awalnya menjadi cita-cita seluruh elemen masyarakat dan benar-benar menyentuh masyarakat kurang mampu. Ketika era ini tumbang, ada harapan bahwa kebersamaan dan kesatuan semua elemen akan lebih solid dan tetap terjaga.

Urusan pembangunan di negeri ini memang berjalan dengan baik dan itu terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi di berbagai bidang dan sektor. Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, pembangunan infrastruktur terlihat sangat gencar dilakukan dari Sabang sampai Merauke. Jokowi juga menekankan pentingnya Revolusi Mental dan pembentukan karakter anak sejak dini.

Ada keprihatinan yang membuat kita sangat miris ketika melihat anak-anak sekolah sekarang tidak lagi punya etika, wakil rakyat yang dipilih rakyat menjadi wakil mereka di DPR dan DPRD sudah banyak juga yang tidak punya etika. Wakil rakyat sudah banyak yang menyimpang dari tatanan dan nilai-nilai, dengan bekerja sendiri dan cari selamat sendiri.

Rangkaian kasus korupsi yang sudah diproses oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuktikan bahwa oknum-oknum yang tertangkap tangan dan yang melakukan korupsi adalah orang-orang yang rakus, tidak memiliki etika berbangsa dan bernegara. Yang ada dibenak para oknum pelaku korupsi adalah selagi masih ada kesempatan, kenapa tidak dimanfaatkan. Ketika tertangkap, mereka banyak yang menyangkal dan tidak mengakui perbuatannya.

Berbicara tentang etika berbangsa dan bernegara, dalam perjalanan kemerdekaan seharusnya pola pikir masyarakatnya sudah semakin maju dan matang. Seharusnya, ketika kita masih memiliki kesadaran, selagi Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita bernafas dan beraktivitas, sudah selayaknya kita memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat sesuatu yang terbaik.

Dalam konteks ini, etika kehidupan berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat universal. Etika kehidupan berbangsa juga berasal dari nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perlu diketahui, bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Etika juga tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kalau kita mencermati berbagai kondisi masa lalu, masa kini, dan tantangan masa depan, maka tatanan berbangsa dan bernegara membutuhkan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa yang mengacu kepada cita-cita persatuan dan kesatuan, keadilan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Kembali ke Pancasila

Anak-anak sekarang kurang memiliki rasa kepedulian terhadap sesama, mereka cenderung abai dan merasa bahwa semuanya akan beres karena kebutuhan mereka masih diperlengkapi oleh orangtua mereka. Anak-anak dan generasi muda sekarang kurang menghargai orang lain atau orang-orang disekitarnya. Orangtua sedang berbicara atau memberikan nasehat, anak-anak sekarang langsung berlalu begitu saja dan merasa apa yang disampaikan orangtua tidak ada arti apa-apa dalam kehidupannya.


Menghormati jasa guru adalah bagian dari etika kita menghormati pahlawan tanpa tanda jasa (harian.analisadaily.com)
Menghormati jasa guru adalah bagian dari etika kita menghormati pahlawan tanpa tanda jasa (harian.analisadaily.com)
Sikap cenderung abai dan merasa bahwa orang-orang yang tinggal di dunia ini bukan bagian dari kehidupannya, menjadikan anak-anak sekarang tidak mau perduli lagi dengan sesamanya. Terkadang, ada juga orangtua yang terlalu over protective terhadap keberadaan anaknya. Sehingga, ketika ada waktu keluar rumah si anak jadi seperti orang yang baru saja mendapatkan kemerdekaan. Padahal, negara kita sudah merdeka sejak 1945.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun