Mohon tunggu...
JAMES PARULIANMANURUNG
JAMES PARULIANMANURUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S2 Unhan 2021

Lahir di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Rencana Invasi Tiongkok terhadap Taiwan terhadap Ketahanan Energi dan Pertahanan Negara

29 Agustus 2022   23:25 Diperbarui: 29 Agustus 2022   23:58 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ancaman yang timbul dari energi juga dapat dilihat secara sempit maupun luas sebagaimana konsep keamanan itu sendiri. Apabila dilihat dari jenis-jenis isunya, ancaman keamanan dapat dikelompokkan secara garis besar ke dalam dimensi militer dan non-militer. Adapun referent object keamanan ada yang dibagi pada level negara, aktor non-negara, dan individul (Peter Hough, 2004: 12). Konsep yang sempit ini merujuk pada dimensi militer dimana negara menjadi referent object sebagaimana asumsi utama perspektif realis yang digunakan dalam kajian traditional security atau conventional securtiy. Namun, sejak tahun 1990-an, dimensinya telah mengalami proses perluasan dan lebih mendalam, keamanan atau ketidakamanan (insecurity) dapat dikelompokkan dalam lima dimensi yang ditawarkan oleh Copenhagen School (lihat table 2). Kini, dalam dimensi keamanan juga mencakupi dimensi politik, ekonomi, sosial, dan dimensi lingkungan hidup yang disebut dengan "the horizontal `widening` in five dimension or sectors". Dapat juga diperdalam melalui "vertical `deepened` to different actors or referent objects" yang merujuk pada level aktor yang berbeda (referent object). Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada keamanan nasional negara saja (national security), tetapi juga menawarkan level aktor lainnya, seperti manusia (human security), masyarakat (social security), wilayah atau kawasan (regional security), demikian pula level internasional atau global (global or international security) (Leo Schrattenholzer 2009:355, Hans Gunter Brauch 2009:34). Dengan demikian, keamanan energi dapat dilihat dan dianalisis untuk lima dimensi yang berbeda tersebut dan dengan semua objek referensi yang berbeda pula (lihat table 2). Singkatnya, sektor energi merupakan salah satu konsepsi yang memiliki kompleksitas, fleksibilitas, dan elastisitas kerana bersifat multidimensi yang bisa didekati dalam lima dimensi dan atau dianalisis secara berperingkat berdasarkan referensi aktornya.

Tabel di atas menunjukkan perkembangan konsep keamanan energi yang kini lebih bersifat multifaces dan multidimensi sehingga seringkali mengalami dimensi yang bertindih satu sama lain (overlapping). Contohnya, kajian Nazli Choucri (1976:xiii) yang mengaitkan energi dengan dimensi politik bahwa: "... masalah energi pada hakikatnya adalah problem politik jugamulai dari perdebatan mengenai siapa yang mengontrol transaksi energi, apa aturan main yang digunakan, siapa yang akan diuntungkan dan siapa yang rugi, dan pengorbanan apa untuk siapa". Dengan kata lain, dalam isu energi juga menyangkut persoalan yang menjadi adagium dalam realitas dunia politik: who get what, when and how. Mirip dengan itu adalah pernyataan dari pakar energi dunia, Fereidun Fesharaki et.al (1982:290) yang menyatakan bahwa keamanan sumber-sumber energi adalah bagian integratif dalam hal keamanan negara (national security) maupun keamanan internasional (international security). Demikian pula energi yang beririsan dengan isu-isu lingkungan hidup sebagaimana sifat dasar energi itu sendiri sebagai sumber-sumber kekayaan yang berasal dari alam maupun berbagai macam turunannya.

Perbedaan Persepsi Ancaman Energi Aktor-aktor energi pada dasarnya memiliki perbedaan persepsi mengenai ancaman dalam isu keamanan energi. Para pakar atau pengamat energi mengklasifikan perbedaan persepsi tersebut antara pihak pemasok atau pembekal (supplier) dengan pihak pengguna atau pelanggan (consumers) (Leo Scharattenholzer , 2009: 355; Hans Gunter Brauch,2009:34; Klaus-Dietmar Jacoby (2009:346). Leo Scharattenholzer (2009: 355) menyatakan bahwa nampaknya konsep-konsep yang berbeda antara (energy supply security) dengan keamanan permintaan energi (energy demand security) selama ini kerap dianalisis secara identik (sama). Dalam kedua bentuk tersebut, keamanan bermakna meminimalkan risiko, yang membedakan hanya `unwanted events ` saja yang berbeda secara alami. Perbedaannya bergantung pada sudut pandang: negara yang bergantung pada impor energi dari luar negeri berkepentingan untuk memastikan keamanan bekalan energi, sementara negara pengekspor minyak berkepentingan untuk menjaga keamanan. permintaan energi yang menyangkut kestabilan harga energi dunia (khususnya minyak atau gas). Dengan kata lain, konsep keamanan energi memiliki arti yang berbeda bagi pemasok atau pembekal (contohnya negara atau perusahaan produsen dan eksportir minyak akan lebih tertarik pada harga yang sesuai dan permintaan yang stabil (steady demand), sedangkan konsumen lebih tertarik pada pasokan atau bekalan yang tak terganggu dan dengan harga yang terjangkau pula (Hans Gunter Brauch 2009:34).

Contoh Kasus Dampak Rencana Invasi Tiongkok Terhadap Taiwan Terhadap Ketahanan Energi dan Pertahanan Negara

  • Setiap serangan militer China di Taiwan akan berdampak lebih besar terhadap arus perdagangan global dibandingkan perang Ukraina
  • Jika China menyerang Taiwan potensi gangguan bisa lebih buruk karena dunia bergantung pada Taiwan karena Taiwan adalah penghasil produk-produk teknologi, mikroprosesor, dan chip yang perannya vital bagi dunia, termasuk Indonesia salah satunya chip yang digunakan pada kendaraan listrik dan telepon seluler.
  • Gangguan pada rantai pasokan internasional, gangguan pada tatanan ekonomi internasional, dan peluang untuk tumbuh akan jauh, jauh (lebih) signifikan daripada perang saat ini, sehingga mengakibatkan ketahanan energi suatu negara terganggu sehingga mengakibatkan pertahanan negara juga terganggu.
  • Serangan itu telah memicu kenaikan harga komoditas dan larangan ekspor makanan, yang menyebabkan kekhawatiran kelaparan di negara-negara miskin.

Konflik ini diprediksi akan memberikan kerugian dalam skala besar bagi banyak pihak dan dapat mengubah tatanan sistem geopolitik dunia, bahkan kerugian internal dari kedua negara juga dipastikan akan sangat besar.

Ketegangan antara kedua negara tersebut tentunya memiliki dampak bagi Indonesia. Pemerintah perlu mewaspadai kondisi ini karena dapat mempengaruhi arus perdagangan di mana Tiongkok dan Taiwan merupakan mitra perdagangan penting Indonesia baik dalam hal ekspor maupun impor. sehingga pemerintah perlu menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri, misalnya dengan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor sehingga mengurangi ketergantungan pada China Termasuk menjajaki potensi pasar luar negeri lainnya seperti India dan juga beberapa negara lainnya,

  • Tentara China melakukan blokade bersama lokal terhadap pelabuhan kritis, bandara, dan rute penerbangan serta memutus jalur komunikasi udara dan laut sehingga berdampak pada aliran pasokan militer dan sumber daya logistic dengan menyatakan China mempertegas klaimnya bahwa Taiwan merupakan bagian integral dari kedaulatannya. Sehingga dampak internasional bahwa Amerika Serikat saat ini getol dalam membela Taipei dan menentang klaim Beijing. Bahkan, dalam KTT aliansi Quad di Jepang akhir bulan lalu, Presiden AS Joe Biden pun mengatakan bahwa Washington akan melakukan campur tangan secara militer jika China tetap mencoba untuk mengambil alih Taiwan dengan paksa.
  • Bagi Negara-negara Asia termasuk indonesia sangat berdampak karena TKI yang bekerja di Taiwan sebanyak 300 ribu harus dilindungi.
  • Dampak dari ketegangan China dan Taiwan bisa berdampak lebih buruk dibanding perang Ukraina-Rusia. Dua negara raksasa memiliki kaitan terhadap tujuan ekspor tradisional Indonesia masing-masing 21% dan 11% dari total ekspor. Artinya 32% atau sepertiga ekspor Indonesia terancam dan menurunkan surplus neraca dagang sedangkan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang tahun lalu mencapai sekitar US$ 6,9 miliar. Ini didominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar US$ 2,7 miliar, dan Bahan Bakar Mineral/Mineral Minyak (HS 27) mencapai US$ 1,8 miliar.

Kesimpulan

Berasaskan uraian di atas, dapat dirumuskan baawa energi dan keamanan merupakan isu yang cukup penting yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Dengan adanya beragam bentuk ancaman, gangguan, kerusakankerusakan yang muncul dalam isu dan konsep ini, perlu diikuti dengan kesadaran untuk mencari jalan dan meningkatkan usah-usaha penanganan atau strategi energi yang menyeluruh pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun