Era globalisasi membuat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin pesat. Tak terkecuali perkembangan dibidang telekomunikasi dan informasi seperti penggunaan aplikasi pengirim pesan di handphone. Banyak aplikasi pengirim pesan dengan fitur-fitur kreatif dan inovatif bermunculan untuk menjembatani keinginan dan kebutuhan masyarakat luas.
Dahulu kala manusia masih menggunakan sistem surat-menyurat untuk bertukar informasi, yang tentunya memakan biaya dan waktu yang cukup lama. Sekarang dengan mudah kita dapat saling bertukar informasi atau mengirimkan pesan, dengan biaya yang relatif murah dan dalam waktu yang sangat singkat dengan berbagai pilihan aplikasi di handphone.
Salah satu aplikasi yang penggunanya cukup ramai adalah Telegram. Telegram adalah aplikasi pesan instan berbasis cloud yang fokus pada kecepatan dan keamanan. Telegram dirancang untuk memudahkan pengguna saling berkirim pesan teks, audio, video, gambar dan stiker dengan aman. Telegram sendiri pertama kali meluncur pada 14 Agustus 2013 keperangkat iOS. Kemudian ke Android pada tanggal 20 Oktober 2013. Fungsinya pun mirip dengan aplikasi sejenis, sebut saja WhatsApp maupun Line. Sama-sama digunakan untuk membantu mempermudah komunikasi antar penggunanya.
Bisa menggunakan teks untuk mengobrol seperti pada umumnya, hingga panggilan telepon maupun video. Selain itu, Telegram juga bisa menyisipkan berbagai jenis file sehingga bisa juga digunakan untuk membantu produktivitas pekerjaan tertentu. Kelebihan-kelebihan fitur ini yang membuat user atau pengguna Telegram tercatat melebihi 500 juta pengguna aktif di minggu pertama bulan Januari tahun 2021 dan angka ini terus meningkat. Dalam 72 jam terakhir per 12 Januari 2021, terdapat 25 juta pengguna baru bergabung dengan Telegram. Dari 25 juta pengguna baru tersebut, sebanyak 38 % berasal dari Asia, 27 % dari Eropa, 21 % dari Amerika Latin, dan 8 % dari Timur Tengah dan Utara Afrika.
Akan tetapi, yang namanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pasti akan memunculkan dampak positif dan juga negatif. Ada oknum-oknum yang tidak bertanggung-jawab, menggunakan aplikasi ini untuk melakukan tindak kejahatan penipuan. Modus yang digunakan yaitu pelaku menelpon korban dengan berpura-pura sebagai karyawan dari Telegram. Kemudian pelaku meminta nomor kode verifikasi yang telah dikirim oleh sistem ke akun milik korban. Sebenarnya, kode verifikasi ini dikirim oleh sistem, karena sebelumnya pelaku sudah mencoba login ke akun Telegram korban dengan perangkat miliknya, tetapi karena tidak sinkron maka sistem mengirim kode verifikasi tersebut.
Apabila korban lengah dan memberikan kode verifikasi tersebut maka pelaku dapat masuk ke akun korban. Akibatnya apa? Akibatnya, pelaku akan leluasa untuk mendapatkan informasi-informasi penting dalam chat saved (tersimpan) misalnya password, user id, pin dan lain-lain. Pelaku juga dapat melancarkan aksi penipuan kepada nomor kontak yang ada dengan berpura-pura sebagai pemilik akun tersebut. Bukan tidak mungkin, Â informasi-informasi pribadi pemilik akun pun dapat digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Bagaimana cara untuk melindungi akun Telegram kita?
Cara yang paling ampuh untuk melindungi akun Telegram yaitu jangan pernah memberikan kode verifikasi kepada siapapun. Apabila ada yang meminta dengan iming-iming uang ataupun hadiah lainnya, bisa dipastikan itu adalah penipuan.
Bagi sebagian orang, penggunaan aplikasi ini masih tergolong cukup baru sehingga kemungkinan besar akan ada yang tertipu. Jika kita terlanjur memberikan kode verifikasi tersebut maka perlu untuk melakukan beberapa pengaturan di aplikasi Telegram untuk mengatasinya. Kita bisa masuk ke akun Telegram, kemudian pilih tiga garis horizontal di ujung kiri atas, pilih pengaturan-privasi dan keamanan-sesi aktif selanjutnya non aktifkan perangkat yang bukan milik anda. Jika sudah dinon-aktifkan berarti pelaku penipuan tersebut sudah tidak memiliki akses lagi ke akun Telegram milik kita.