Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) adalah gagasan untuk menyatukan umat Islam dalam menentukan awal bulan Hijriah secara seragam di seluruh dunia. Selama ini, penentuan awal bulan Islam sering kali menimbulkan perbedaan di berbagai negara karena adanya perbedaan metode dalam menentukan awal bulan, yakni metode rukyat dan hisab. Metode rukyat mengandalkan pengamatan langsung hilal atau bulan sabit pertama setelah matahari terbenam, sementara metode hisab menggunakan perhitungan astronomi untuk memperkirakan posisi bulan dan matahari. (Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).
Perbedaan dalam penggunaan kedua metode ini sering menyebabkan ketidaksamaan dalam perayaan hari besar Islam, seperti awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. KHGT hadir sebagai solusi dengan menggunakan pendekatan hisab global, yang memungkinkan umat Islam di seluruh dunia memiliki satu acuan dalam menetapkan awal bulan Hijriah. Prinsip utama dari kalender ini adalah penggunaan perhitungan ilmiah berbasis astronomi yang mengacu pada visibilitas hilal di satu zona yang disepakati secara internasional. Dalam KHGT, jika hilal sudah terlihat di satu wilayah dunia yang menjadi acuan, maka seluruh dunia akan mengikuti hasil tersebut tanpa perlu pengamatan terpisah di setiap negara.
Untuk memastikan keseragaman, KHGT menggunakan waktu universal atau Universal Coordinated Time (UTC) sebagai patokan. Dengan pendekatan ini, keputusan tentang awal bulan Hijriah bisa diumumkan secara bersamaan tanpa ada perbedaan zona waktu. Sebagai contoh, jika hilal terlihat di salah satu wilayah yang ditentukan sebagai referensi sebelum waktu Maghrib UTC, maka seluruh dunia akan menganggap keesokan harinya sebagai hari pertama bulan baru dalam kalender Islam. Ini menghilangkan ketidaksepakatan yang sering terjadi akibat perbedaan lokasi dan metode pengamatan.
Dosen Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jamaaluddin sebagai insan yang terarik untuk mendalami permasalahan KHGT  menjelaskan : "Kriteria utama dalam KHGT mengacu pada standar astronomi internasional yang sudah disepakati, seperti ketinggian hilal minimal lima derajat di atas ufuk saat matahari terbenam, sudut elongasi antara bulan dan matahari minimal delapan derajat, serta konjungsi atau ijtima' harus terjadi sebelum matahari terbenam di wilayah referensi. Dengan penerapan kriteria ini, awal bulan Hijriah dapat ditetapkan secara objektif berdasarkan sains, tanpa harus bergantung pada kondisi geografis dan cuaca yang sering kali menghambat pengamatan langsung".
Meskipun menawarkan solusi yang lebih modern dan seragam, penerapan KHGT tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala utamanya adalah perbedaan pendapat antara negara-negara Muslim mengenai metode penentuan awal bulan. Beberapa negara masih mempertahankan rukyat sebagai metode utama yang dianggap lebih sesuai dengan tradisi Islam. Selain itu, aspek kedaulatan nasional juga menjadi faktor yang mempengaruhi penerapan kalender global ini, mengingat setiap negara memiliki otoritas sendiri dalam menentukan hari-hari besar keagamaan mereka. Oleh karena itu, perlu adanya dialog dan konsensus antara para ulama, ahli astronomi, dan pemerintah agar KHGT dapat diterima secara luas.
Untuk mendukung implementasi KHGT, diperlukan peran aktif dari organisasi Islam internasional seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Majelis Ulama Dunia, serta lembaga astronomi yang memiliki kredibilitas dalam perhitungan kalender Islam. Dengan kolaborasi ini, keputusan mengenai awal bulan Hijriah bisa disosialisasikan secara serentak ke seluruh umat Islam, sehingga tidak ada lagi perbedaan dalam merayakan hari-hari besar keagamaan. Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat KHGT juga penting agar umat Islam dapat memahami bahwa pendekatan ini tidak bertentangan dengan prinsip syariah, melainkan justru memudahkan dalam pelaksanaan ibadah secara global.
Dengan penerapan KHGT, umat Islam di seluruh dunia dapat menjalankan ibadah dengan lebih seragam dan terhindar dari perbedaan yang sering kali menimbulkan kebingungan. Keseragaman ini juga dapat memperkuat persatuan umat Islam dan meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan ibadah yang berkaitan dengan kalender Hijriah. "KHGT adalah upaya untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan ajaran Islam dalam satu sistem yang lebih terorganisir, demi kepentingan bersama seluruh umat Islam di dunia", Pungkas Jamaaluddin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI