Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SIM dan Mental Birokrasi Kita

2 Juni 2023   15:02 Diperbarui: 2 Juni 2023   15:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andaikan SIM ini menjadi SIM seumur hidup sumber gambar liputan6.com

Kalau masih bisa dibuat sulit kenapa dipermudah. Kalau bisa dibuat berbayar kenapa harus dibuat gratis.

Begitu sepertinya kalimat yang tepat untuk menggambarkan birokrasi kita. Bagaimana tidak sepertinya para pelayan masyarakat itu kurang rela kalau kami, rakyat ini mendapatkan pelayanan gratisan. Ujungnya, ya dibuat ribet dan masyarakat pun jadi mafhum, ya harus bayar biar masalah segera buyar.

Hal itulah penulis rasakan saat melakukan yang harusnya perpanjangan SIM. Tapi dikarenakan lupa dengan ulang tahun sendiri yang bertepatan hari libur tahun baru, nasib harus mencari SIM baru.

Itupun diingatkan dengan surat cinta ala Bapak necis di tengah jalan. Iya, dengan PD menunjukkan SIM dan sepertinya si Bapak itu sudah paham sekali dilihatlah kadaluarsanya. Kena dech, saya dapat surat tilang itu!

Sebenarnya ingin sekali mencari SIM dengan proses yang runtut. Setelah mencari beberapa informasi dari beberapa teman dan saudara yang telah menempuh baik yang berbayar maupun tidak, mental penulis jatuh. Karena jika dikalkulasi waktu yang digunakan dan biaya keduanya mempunyai selisih yang tidak jauh.

Pada akhirnya, cita-cita untuk menjadi salah satu warga yang baik dengan cara buat SIM yang baik telah gugur. Maaf para pahlawan, saya tidak tegar dan kuat seperti Anda semua. Sekali lagi, maafkanlah!

Biaya yang digunakan bolak-balik untuk mengurus, sampai dengan mobilitas kita berulang kali dan pekerjaan dalam waktu berapa hari turut menjadikan pertimbangan saya kala itu. Ternyata zaman belum berubah.

Pada akhirnya, saya putuskan dengan menembak dengan rasa bersalah yang sangat mendalam. Sebenarnya saya juga masih tidak percaya setelah tahun 2000 kita masih bisa seperti dulu meski caranya lebih rapi. Ternyata benar kata Bang Napi.

Dalam menempuhnya sebenarnya tidak ada antrian karena memang memakai jalur khusus, saya tidak antri sama sekali. Hanya saja sebagai rakyat jelata, nurani seperti tak rela harus menyalip antrian yang mengular. Padahal tidak ada yang kenal salah satunya pun.

Akhirnya setelah mendapatkan keberanian seorang pencuri, SIM selesai dan langsung bisa dibawa pulang. Setelah sebelumnya melakukan sesi pemotretan bak layaknya seorang residivis kambuhan.

SIM Seumur Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun