Mohon tunggu...
Nadhif Mumtaz
Nadhif Mumtaz Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Islam Secara Holistik

26 April 2019   23:02 Diperbarui: 26 April 2019   23:22 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perkembangannya, Agama Islam memiliki dua dimensi, yaitu Esoterik dan Eksoterik. Yang mana sebenarnya dua dimensi ini juga di miliki oleh setiap agama di berbagai belahan dunia. P

ada dimensi Esoterik agama melampaui batas ruang dan watu. Bahkan agama berkutat di ranah rasionalitas maupun non rasionalitas, tak tebatas dan mutlak. Sedangkan pada dimensi Eksoterik agama sangatlah terstruktur, twrbatas, dan berada dalam skup rasio dan bersifat relatif.

Relativitas agama ( Eksoterisme ), membuka peluang untuk dapat melakukan berbagai kajian dan kritik terhadap agama secara mendalam. Baik pada zaman dahulu maupun zaman sekarang. 

Hal ini akan memunculkan berbagai kebenaran yang komplesk yang mana telah kita ketahui bersama bahwa problematika zaman selalu berkembang. Dalam kontek publik, Agama Islam tidaklah lepas dari konteks di mana iya berpijak, oleh karena itu pengkajian dalam hal studi Islam tidaklah di lakukan dengan satu pendekatan dan prespektif saja, melainkan berbagai pendekatan yang mana di harapkan akan menjadi solusi kehidupan dalam bermasyarakat.

Dari sudut waktu, Agama Islam berproses dalam dua bentang waktu, yaitu pada masa tasryi' ( pada masa nabi ) dan pada masa pasca tasryi' ( pada masa sahabat hingga sekarang ). 

Di dalam perkembangannya Agama Islam telah menghadapi berbagai problematika, oleh karena itu agama yang menjadi problem solver ini harus mengembangkan pula metodologi penyelesaian masalah-masalah yang terjadi di masyarakat pada zaman ini. 

Tidak cukup hanya menggunakan analisis teks saja yang kerap di lakukan pada zaman nabi, malainkan konteks yang melatarinyapun mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelesaian problematika zaman, baik konteks yang melatari di turunkannya ayat tersebut atapun konteks yang melatari saat problematika itu berlangsung ( ayat aayat itu di terapkan ).

Problem Epistimologi dalam studi Islam di awal perkembangannya mempunyai pandangan yang sangat sempit, yaitu menitik beratkan kebenaran hanya pada teks-teks semata ( tekstual ). 

Di perkembangan selanjutnya bergerak menuju empirisme, yang mana islam tak hanya bisa di pandang dari segi tek-teks suci nya saja. Karena Agama Islam telah menyatu dalam seni dan budaya masyarakat. Agama Islam yang menjadi dasar dan pedoman hidup manusia mengharuskannya pula untuk melebur menjadi satu kehidupan manusia tersebut yang mana di situ terdapat kesenian, kebudayaan, adat istiadat, negara, dst.

Pada era kontemporer muncul paradigma baru dalam studi islam, baik di barat maupun timur. Epistimologi studi Islam yang berbijak pada filsafat pragmatisme, Charles Sanders Peirce dengan lima pilar Epistimologisnya, yaitu : 1) Belive, 2) Habbit of Mind, 3) doubt, 4) Inquiry, 5) Meaning. 

Di samping itu, di paparkan pula oleh 'Abid Al-Jabiri dengan 3 pilar estimologisnya, yaitu : 1) Nalar Bayani, 2) Nalar Burhani, 3) Nalar Irfani. Dengan Epistimologis-epistimologis yang telah berkembang itulah Agama Islam akan benar benar menjadi ,Rahmat bagi alam semesta dari zaman ke zamannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun