Setiap individu dengan tingkatan usia yang berbeda, bahkan anak kembar sekalipun memiliki cara yang berbeda dalam menyeleksi, menerima, menyerap, menyimpan, mengelolah dan memproses informasi. Begitupula dengan anak-anak dalam hal belajar, sejak mulai bergabung di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak, Pendidikan Dasar hingga Pendidikan Perguruan Tinggi memiliki cara yang berbeda dalam menyerap informasi selama mereka belajar. Cara untuk menyerap informasi ini yang kita katakan sebagai Potensi/Modalitas/Gaya Belajar yang dimiliki oleh masing-masing individu.
DePorter dan Hernacki (2014), menyatakan bahwa secara umum ada 3 gaya belajar yang ada pada diri seseorang termasuk peserta didik yaitu: Visual, Auditori dan Kinestetik. Artinya siswa dengan gaya belajar visual, dalam belajarnya hanya dengan melihat siswa tersebut sudah bisa memahami isi pelajaran. Siswa yang memiliki gaya belajar auditori, cukup dengan mendengar siswa tersebut sudah memahami informasi yang disampaikan gurunya. Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih banyak bergerak atau melakukan eksperimen dalam memaknai sebuah informasi dalam pembelajaran.
Untuk itu, agar setiap informasi atau materi yang disampaikan oleh pendidik selama proses pembelajaran bisa bermanfaat, maka langkah awal yang dilakukan pendidik dalam mendesain atau merencanakan pembelajaran di kelas adalah mengenali potensi/modalitas atau gaya belajar yang dimiliki masing-masing siswa (Mite, 2015). Walaupun masing-masing orang belajar dengan ketiga modalitas/gaya belajar sebagaimana disebutkan di atas, pada tahapan tertentu kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya.
Hasil penelitian (Mite, 2015) mengungkapkan bahwa modalitas/gaya belajar memiliki hubungan positif terhadap hasil belajar. Setiap gaya belajar (Visual, Auditori dan Kinestetik) memiliki peluang yang sama untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk mengetahui potensi/gaya belajar yang dimiliki masing-masing individu dalam hal ini siswa, peneliti menggunakan instrument yang telah dikembangkan/dimodifikasi oleh peneliti sendiri.
Alumni Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang angkatan tahun 2014 yang juga sebagai peneliti menjelaskan bahwa pencapaian hasil belajar akan lebih baik, jika siswa sejak awal sudah mengetahui modalitas atau gaya belajar yang dimilikinya, begitupun dengan Guru/Pendidik sudah mengenal sejak awal potensi/gaya belajar siswanya agar tidak salah dalam mendesain pembelajaran dengan menggunakan, pendekatan, strategi dan model pembelajaran tertentu. Jika tidak, maka proses pembelajaran akan menjadi sia-sia dan tidak akan tercapai tujuan pembelajaran yang sesungguhnya.
Penulis, Alumni Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Yakobus Mite