Mohon tunggu...
Izzatiddiena NurSafira
Izzatiddiena NurSafira Mohon Tunggu... Foto/Videografer - no longer sitting on a high school bench

trust no one but Allah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hoax dan Popularitasnya

28 Maret 2020   12:45 Diperbarui: 28 Maret 2020   12:57 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hoax. Kata ini terdengar sangat normal di telinga kita akhir-akhir ini. Sebenarnya, apa itu hoax? Menurut Silverman (2015), hoax adalah sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran. Atau dengan kata lain, hoax adalah berita palsu yang sengaja dibuat dengan alasan tertentu. Pembaca yang tidak budiman dapat dengan mudah termakan hoax dan menyebarkan virus hoax kepada orang lain. Sebanrnya, hoax tidak melulu berupa berita, hoax bisa dibagikan lewat video, suara, tulisan atau dengan media lainnya.

Salah satu hoax yang menjadi popular setelah kemunculan virus corona adalah DIY hand sanitizer. Dalam video yang diunggah oleh sebuah akun, pada awalnya, pengunggah menyebutkan bahwa sebagai efek dari panic buying, stok hand sanitizer di supermarket semakin menipis, dan semakin mahal. Oleh karena itu yang bersangkutan memberi tips atau langkah-langkah membuat hand sanitizer sendiri di rumah. Menilik dari video tersebut, bahan-bahannya adalah alkohol 96%, alkohol 70%, dan aloe vera gel. Meski pada awalnya komentar netizen dalam video tersebut terdengar positif, tetapi pujian tersebut kemudian berubah menjadi kritik setelah muncul salah satu komentar dari sebuah akun yang mengaku sebagai anak farmasi, akun tersebut mengungkapkan kekecewaannya pada si pengunggah video karena jika memang membuat hand sanitizer semudah itu, kuliah 4 tahunnya yang berkutat dengan praktikum untuk persediaan atau pun bakteri terasa tidak perlu.

Apa yang terjadi? Meski si pengunggah video mengaku DIY hand sanitizer miiknya sudah sesuai anjuran WHO, tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar. Faktanya, panduan WHO mengatakan untuk menggunakan alkohol 96% saja dan glycerol, bukan aloe vera gel. Membuat hand sanitizer yang betul-betul hand sanitizer membutuhkan formula yang rumit dan takaran yang teliti. Selain itu, dilansir dari cnet.com, Center of Disease Control lebih merekomendasikan cuci tangan daripada memakai hand sanitizer, hand sanitizer dapat digunakan dalam kondisi tidak memiliki sabun dan air. Alasan lainnya adalah formula dalam segala DIY hand sanitizer belum diuji keefektifannya, dan mungkin hanya akan berakhir dengan sesuatu yang tidak efektif atau terlalu keras, atau malah berakhir mubazir.

DIY hand sanitizer adalah satu dari ribuan hoax tentang virus corona yang beredar di tengah masyarakat. Padahal dampak dari hoax sangat berbahaya. Menurut kompas.com, dalam sebuah studi, psikolog sepakat bahwa berita hoax mmberikan dampak buruk pada kesehatan baik mental maupun fisik. Kasus diatas sebagai contoh, misalnya, ketika takaran salah satu formula tersebut terlalu banyak, dapat timbul iritasi pada kulit. Ketika kulit iritasi, akhirnya frustasi. Terlepas dari si pengunggah yang sudah meminta maaf dan men-take down video DIY tersebut dari media sosialnya, dampaknya tentu merugikan. Selain itu, hoax juga berpeluang besar dapat memecah belas persatuan bangsa, ketika muncul hoax yang memecah masyarakat menjadi dua kelompok, persatuan dan kerukunan bangsa-lah yang jadi jaminan.

 Karena punya dampak begitu besar, setiap pengguna media sosial diharapkan mampu untuk mengenali mana berta, tulisan, atau video yang hoax, mana yang sesuai dengan fakta. Cara untuk mengenali berita hoax atau tidak salah satunya adalah tidak terpengaruh judul berita, mencari kejelasan sumber berita, atau mengonfirmasi dengan phak yang lebih paham dan mengerti.

Kita sebagai manusia harus bisa menyebarkan hal-hal positif kepada orang lain. Apabila merasa ragu akan kebenaran suatu berita jangan di forward atau disebarkan kepada orang lain. Jangan menyebarkan sesuatu yang beresiko tinggi menimbulkan kepanikan atau perpecahan. Jangan lupa, saring before sharing!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun