Menjalani kehidupan tentu memerlukan pedoman yang baik dan benar. Sebagai seorang muslim pedoman kita bersumber dari Alqur'an dan Hadist Nabi SAW.
Tanpa bermaksud untuk ashobiyyah atau kesukuan, tulisan ini hanya mengajak kepada kebaikan yang kebetulan bersumber dari kakek nenek moyang kami yang berasal dari Jawa.
Ada lima falsafah Jawa yang sangat baik dan relevan bila diterapkan dalam kehidupan.
Pertama, dadi wong iku kudu ngerti (menjadi orang itu harus mengerti).
Dalam falsafah Jawa, konsep "ngerti" memiliki makna yang sangat mendalam dan luas, jauh lebih dari sekadar "mengerti" dalam arti harfiah.
Ngerti di sini tidak hanya tentang pemahaman intelektual, tetapi juga menyangkut kesadaran, kebijaksanaan, dan pemahaman yang utuh tentang diri sendiri, orang lain, dan alam semesta.
Secara umum, "ngerti" bisa dipecah menjadi beberapa lapisan makna:
Ngerti Diri Sendiri (Ngerti Sangkan Paraning Dumadi).Â
Ini adalah lapisan pertama dan paling fundamental. Ngerti diri sendiri berarti memahami asal-usul (sangkan) dan tujuan hidup (paran) kita. Ini melibatkan kesadaran akan siapa kita, apa kelebihan dan kekurangan kita, serta apa tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Tanpa ngerti diri sendiri, kita akan mudah tersesat dan kehilangan arah.
Â