Perawat merupakan profesi yang sangat berperan penting dalam proses penyembuhan seorang pasien. Untuk menjadi seorang perawat, harus menempuh pendidikan yang tidak mudah untuk dilewati. Pendidikan keperawatan merupakan program studi yang memiliki peranan penting dalam mencetak tenaga kesehatan yang berkualitas dan profesional, yang nantinya akan terjun ke lapangan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan menghadapi berbagai tantangan di dunia medis. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas yang menjadi penunjang utama kebutuhan belajar mahasiswa.
Namun, bagaimana jika fasilitas yang sudah seharusnya menjadi hak bagi mahasiswa justru terabaikan, padahal semangat belajar yang ditunjukkan begitu tinggi? Di Universitas Mulawarman, khususnya pada jurusan keperawatan, terdapat realita yang cukup kontras antara semangat belajar mahasiswa keperawatan dengan kondisi fasilitas yang disediakan oleh kampus. Dengan berpegang teguh pada api semangat dan motivasi tinggi, sebelum berjuang menghadapi tantangan di dunia kerja medis, mahasiswa keperawatan terlebih dahulu harus berjuang dengan fasilitas minim dan hak belajar mereka yang tidak terpenuhi.
Â
Kondisi Fasilitas yang Terbatas, Terabaikan, dan Tidak Tersedia
Fasilitas kampus yang layak sangat berperan penting untuk menunjang kegiatan belajar mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan yang membutuhkan alat kesehatan medis, model belajar, ruang praktik, sarana prasarana penunjang belajar, dan fasilitas umum lainnya. Namun, berdasarkan pengalaman mahasiswa, kondisi fasilitas di kampus keperawatan Universitas Mulawarman masih jauh dari ekspektasi. Kegiatan praktikum ilmu biomedik dasar dalam pengukuran gula darah dan asam urat mahasiswa keperawatan menjadi kurang maksimal akibat terbatasnya alat yang digunakan. Minimnya model belajar untuk menunjang proses belajar anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
Selain itu, fasilitas pendukung belajar mahasiswa keperawatan pun masih belum terpenuhi. Pada ruang kuliah tiga, hanya ruangan belajar tersebut yang tidak dilengkapi dengan fasilitas smart-TV dan masih menggunakan proyektor. Jika kita melihat dan membandingkan dengan ruang kuliah mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi Universitas Mulawarman yang lengkap dengan fasilitas tersebut, tentu jauh berbeda dengan ruang kuliah keperawatan. Padahal, ruang kuliah tersebut aktif digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa kursi yang rusak dan digunakan oleh mahasiswa. Tidak sampai di situ, kantin yang disediakan pun belum bisa dikatakan layak. Kekurangannya adalah meja dan kursi, adapun meja yang rapuh dan masih belum diperbaiki.
Adapun sarana WC umum yang seringkali kekurangan air saat akan digunakan. Hal ini disebabkan sumber air masih bersumber dari tandon, bukan PDAM secara langsung. Manajemen pengawasan dan pengisian tandon air pun terbilang kurang, sebab banyak mahasiswa yang merasa kesulitan saat akan menggunakan WC namun air tidak tersedia. Sarana penunjang Wi-Fi kampus untuk mahasiswa pun masih belum terpenuhi. Padahal, itu sangat penting bagi mahasiswa dalam proses pencarian informasi belajar, jurnal, ataupun e-book online dan video belajar lainnya. Tidak sampai di situ, sarana ibadah yaitu mushola yang sangat dibutuhkan masih kurang terawat dan terkesan diabaikan. Fasilitas mukena dan sajadah yang kurang jumlahnya, serta kotak infak yang berdebu menunjukkan bahwa kebersihan di rumah ibadah tersebut masih kurang.
Perpustakaan keperawatan yang diharapkan tersedia untuk mahasiswa, dengan koleksi buku keperawatan yang lengkap dan referensi belajar, ternyata bukanlah sebuah realita melainkan hanya ekspektasi belaka dan hak mahasiswa yang tidak terpenuhi. Hal ini menyebabkan mahasiswa harus mengandalkan sumber belajar dari luar kampus dan menghabiskan waktu ekstra untuk mencari materi belajar yang diperlukan, sehingga menjadi kurang efisien.
Â
Berpotensi Menurunkan Motivasi dan Tidak Tercapainya Belajar Maksimal
Keterbatasan dan ketidaksediaan fasilitas yang sudah seharusnya ada tentu akan membawa dampak yang signifikan terhadap kenyamanan dan kualitas belajar mahasiswa keperawatan. Dengan fasilitas yang terbatas dan tidak tersedia, pengalaman belajar dan praktik pun menjadi tidak maksimal, sehingga menimbulkan kekhawatiran potensi ketidaksiapan dan kurangnya ilmu mahasiswa keperawatan saat terjun ke dunia kerja. Di samping itu, suasana belajar akan menurun dengan fasilitas ruang kuliah yang kurang memadai dan menurunkan motivasi belajar serta produktivitas mahasiswa keperawatan.