Mohon tunggu...
Ikhvani Wulandari
Ikhvani Wulandari Mohon Tunggu... Wiraswasta - a M o M

Master of Multitasking - wife, best friend & soulmate of M. Afifudin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tenaga Pendidik Wajib Baca ini...

6 Agustus 2022   08:57 Diperbarui: 6 Agustus 2022   09:08 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagaimana kita hidup di Negara berkembang, tentu sangat banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satu yang selalu menghantui kita dari tahun ke tahun adalah tentang tingginya angka pengangguran yang terus saja bertambah. Data terakhir dari BPS lebih dari 7juta masyarakat di Indonesia menganggur saat ini. Dan yang lebih mengherankan lagi sekitar 9% dari angka tersebut adalah lulusan dari berbagai universitas. Tentu ini sangat merisaukan kita.

Bagaimana bisa kita yang notabennya memiliki banyak lulusan sarjana, bukan hanya tidak bisa menyelesaikan berbagai masalah, tetapi justru menjadi sumber masalah berikutnya dengan malah semakin memperbanyak jumlah angka pengangguran di Indonesia.

Ada apa dengan pendidikan kita?

Beberapa waktu lalu saya mendengar pembicaraan seorang dosen UGM mengenai berbagai masalah dalam dunia pendidikan, yang saat ini akan saya bahas, harapannya agar bisa menjadi pembelajaran untuk kita bersama. Semoga kemudian dapat merubah persepsi kita, yang nantinya semoga mampu membenahi hal yang seharusnya memang harus dibenahi, agar semakin banyak tercipta generasi unggulan bangsa

Kebanyakan sekolah membunuh kreatifitas manusia. Bagaimana tidak? 

Sekolah digambarkan seperti mesin pencetak robot, yang hanya  fokus digunakan untuk memenuhi kebutuhan pekerja industry saja. Justru ini dapat membunuh berbagai potensi. Pendidikan belum dirancang untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas untuk menyelesaikan masalah. Bahkan yang tak kalah mencengangkan banyak dari generasi kita, kuliah hanya untuk mendapatkan pekerjaan bagus di perusahaan bonafit dengan gaji yang besar.

Lantas bagaimana jika kondisi perekonomian kita sedang memburuk, sedangkan mereka hanya disiapkan untuk menjadi pekerja saja? Maka yang terjadi pastilah akan semakin banyak angka pengangguran. Mereka yang tidak terlatih hanya akan menjadi pasif tanpa bisa berbuat apa-apa untuk lingkungan di sekitarnya.

Pendidikan seharusnya memerdekakan, dan bukannya membelenggu. Pendidikan itu harusnya menyadarkan setiap individu dan mampu mengoptimalkan segala potensi yang ada. Dan bukan malah untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Pendidikan harusnya sesuai dengan kodrat manusia, harus melibatkan realita kehidupan, sehingga mampu menjawab permasalah yang real terjadi di sekitarnya.

Di dalam sekolah, seorang siswa biasanya mengerjakan soal yang standart begitu-begitu saja. Seharusnya pendidikan mengedepankan penalaran yang kritis. Ajak mereka untuk menemukan, menyuarakan sendiri permasalahan di sekitarnya dan dorong mereka untuk belajar menemukan solusi yang tepat atas permasalahan tersebut. Jangan lagi biasakan guru yang bertanya kepada murid, tapi ajarkan kepada merekalah yang aktif mengajukan pertanyaan

Akankah bisa demikian sedangkan yang kita lihat bersama, pendidikan kita saat ini hanya mengandalkan metode menghafal? Padahal menurut Benjamin Bloom berdasarkan teorinya, menghafal merupakan level berpikir yang paling rendah. Bagaimana seorang siswa dapat terlatih berpikir kritis jika ujian yang dipakai di sekolahnya hanya mengandalkan hafalan saja?

Dan berikut hirarki menuruk Bloom untuk mengklarifikasi pembelajaran berdasarkan kompleksitas dan kebutuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun