Mohon tunggu...
I Wayan Bagiarta
I Wayan Bagiarta Mohon Tunggu... Insinyur - IWayB

Mari Gemakan Indonesia JUJUR

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

49 tahun kiprah Toyota Indonesia dalam Berbagi (Bersama Membangun Negeri)

14 November 2020   22:30 Diperbarui: 14 November 2020   22:36 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : www.toyotaindonesiamanufacturing.co.id

Namun dalam kiprahnya, Toyota dan perusahaan Jepang yang ada di Indonesia sempat mengalami krikil tajam selama perjalanannya. Peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 pecah di Jakarta. Mobil buatan Jepang seperti Toyota dirusak. Gedung-gedung Toyota ikut diamuk massa. Kerusuhan yang terjadi,menguji komitmen Toyota dalam berinvestasi di Indonesia.

Malari adalah peristiwa kelam yang tak hanya dicatat oleh tinta hitam dalam sejarah republik ini. Toyota pun mengenang malapetaka itu sebagai sebuah ujian atas komitmennya berinvestasi di Indonesia. Meski bertajuk antimodal asing, Malari melahirkan serangan terhadap simbol-simbol investasi Jepang. Salah satu simbol yang diserang itu adalah Toyota.

Banyak hal positif yang dipetik Toyota dari peristiwa Malari. Meski dianggap sebagai bagian kelam sejarah Indonesia dan perjalanan Toyota di negara ini, peristiwa Malari justru menunjukkan komitmen Toyota untuk maju dan tumbuh bersama negara dan masyarakat Indonesia. Hal ini semakin dibuktikan dengan langkah Toyota untuk memperdalam struktur industri di Indonesia. Langkah itu dimulai dengan menyusun konsep kendaraan Basic Utility Vehicle (BUV),kelak dikenal sebagai Toyota Kijang, yang ternyata sejalan dengan konsep Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) yang digagas pemerintah Indonesia. Begitulah kisah awal Toyota di Indonesia, yang dimulai dengan jalan yang berliku.

Pada akhir Juni 1976,Presiden Soeharto di sidang kabinetnya meminta agar Indonesia bisa meningkatakn produksi kendaraan komersial.Tidak lama kemudian,menteri Perindustrian saat itu mengeluarkan Keputusan Menteri ,yang isinya agar menggunakan komponen dalam negeri untuk  bahan perakitan Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS).Adapun target dari KBNS itu kendaraan berbobot kurang dari 1 ton serta sudah harus menggunakan cat, ban dan aki buatan lokal pada tahun 1977.

Untuk mendukung hal tersebut, Toyota pada tahun 1976, mendirikan pabrik komponen kendaraan niaga, yang diberi nama PT.Mobilindo serta dilanjutkan dengan pendirian pabrik Toyota Engine Indonesia di tahun 1982 dan baru beroperasi di tahun 1985.

Untuk segera merealisasikan kendaraan bermotor niaga sederhana,Toyota mengutus 2 orang untuk bekunjung ke Filipina. Keduanya berangkat ke Filipina pada tahun 1975 untuk mempelajari BUV Tamaraw yang dikembangkan Toyota Filipina.Tamaraw yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya kerbau.

Toyota Tamaraw sumber www.toyotaindonesiamanuacturing.co.id
Toyota Tamaraw sumber www.toyotaindonesiamanuacturing.co.id

Dari hasil kunjungan ke Filipina, disimpulkan bahwa Tamaraw bisa diadopsi untuk pasar Indonesia, karena memiliki beberapa persamaan kebutuhan yang mendasar, yakni desain sederhana dan biaya produksinya rendah. Agar dapat diterima konsumen Indonesia, Toyota mendesain ulang BUV Filipina dengan bentuk lebih halus, tapi dengan konsep serupa yaitu berbasis kendaraan serbaguna yang murah. Kendaraan juga harus kuat karena dibutuhkan untuk keperluan niaga.

Akhirnya pada tahun 1977 lahirlah mobil niaga sederhana yang diberi nama Kijang.Penamaan Kijang berawal dari hasil sayembara ketika Toyota menggelar konferensi internal pertemuan para distributor produk Toyota. Pada konferensi itu, ada dua opsi nama, yaitu kancil dan kijang, namun dikarenakan nama "Kancil" memiliki konotasi yang negatif, maka nama "Kijang" yang dipilih,yang memberikan citra yang  tangguh, bisa berlari,cepat dan aktif. Nama itu sudah sangat familiar  di telinga hingga saat ini,dengan tag linenya "Kijang Memang Tiada Duanya".

Ditahun 1987,untuk pertama kalinya Kijang diexport ke Brunie Darussalam,walau masih dalam volume yang masih sedikit saat itu.Sebuah awal yang baik untuk perkembangan industri otomotif di tanah air.Kegiatan export terus meningkat dari tahun ke tahun,terutama sejak dimulainya project IMV di tahun 2004.

Di tahun 1995,bertepatan dengan 50 tahun kemerdekaan Indonesia,Toyota Indonesia ikut berpartisipasi dengan menggelar "Kijang Lintas Nusa" sebuah perjalanan dari Banda Aceh menuju Larantuka,yang melewati 29 kota dan 16 provinsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun