Mohon tunggu...
Iwang Pangestu
Iwang Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi bermain sepak bola, berenang dan melakukan hal-hal yang baru dan menantang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Gelap Citayam Fashion Week Dinilai Merusak Citra Baik Anak Bangsa

4 Agustus 2022   15:00 Diperbarui: 4 Agustus 2022   15:06 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, Citayam Fashion Week masih menjadi perbincangan hangat oleh publik. Ajang fashion show yang diadakan di kawasan Sudirman Central Business District oleh anak-anak ‘SCBD’ atau Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok, dan sekitarnya yang suka nongkrong di kawasan tersebut dengan gaya pakaian yang unik versi mereka, ternyata menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat lokal dan warganet. Kehebohan masa dimulai ketika konten video anak-anak SCBD viral di media sosial TikTok hingga membuat kawasan tersebut ramai didatangi oleh anak-anak lainnya, bahkan selebgram dan artis juga turut ikut meramaikannya. 

Citayam Fashion Week bermula dari adu kreatif outfit unik anak-anak ‘SCBD’ dalam konten video-video wawancara keseharian mereka di kawasan Sudirman. Keunikan outfit dan tingkah laku mereka menjadi sorotan media hingga membuat kawasan Sudirman, tempat mereka nongkrong ramai dikunjungi oleh publik. Usai viralnya mereka, munculah event fashion show amatir di zebra cross Jalan Sudirman sebagai panggung catwalk mereka. Mereka mengenakan outfit dengan mix and match yang sangat unik dan out of the box, seperti menggunakan balon warna-warni sebagai aksesoris tambahan yang menarik perhatian.

Namun, dibalik itu semua ternyata Citayam Fashion Week mendapat banyak kritikan dari warga setempat. Keramaian di kawasan tersebut akibat dari viralnya di media sosial, khususnya TikTok serta penggunaan zebra cross di Jalan Sudirman sebagai panggung catwalk mereka, sangat mengganggu lalu lintas kendaraan disana. Masyarakat yang sering lewat jalur tersebut mendapat imbasnya dari keramaian Citayam Fashion Week yang sampai membuat jalanan macet. Warga setempat merasa risih dengan keramaian mereka di sepanjang jalan, lantas aktivitas warga menjadi sangat terganggu karena akses transportasi mereka terhambat oleh keramaian yang berujung pada kemacetan. “Keramaian di kawasan Sudirman saat ini memang perlu kami pantau dan ditertibkan. Sudah banyak keluhan dari masyarakat yang kami terima kalau mereka terganggu dengan adanya keramaian-keramaian disini. Akses jalan mereka untuk beraktivitas sehari-hari terganggu dan menjadi macet parah,” ujar Pak Zaenal, salah satu petugas Dishub yang menertibkan keramaian di kawasan Sudirman. 

Tidak hanya itu saja, keramaian Citayam Fashion Week di kawasan Sudirman ternyata juga berdampak pada lingkungan sekitar. Peningkatan jumlah pengunjung juga berdampak pada peningkatan jumlah sampah yang ada disana. Mereka dianggap sebagai komunitas yang tidak peduli terhadap lingkungan. Warga lokal yang sering beraktivitas di kawasan Sudirman merasakan bahwa banyaknya sampah yang berserakan di kawasan tersebut semenjak adanya Citayam Fashion Week. Media massa juga banyak yang menyorot terkait permasalahan sampah yang ada di kawasan tersebut. Berita tersebut akhirnya didengar oleh salah satu artis, yaitu Cinta Laura. Cinta Laura, sebagai figur publik melakukan aksi berbeda dari figur publik lainnya di Citayam Fashion Week. Dia dengan timnya melakukan aksi bersih-bersih sampah di kawasan Sudirman dengan harapan aksi mereka bisa menjadi salah satu contoh yang baik bagi teman-teman lainnya yang hadir di kawasan Sudirman untuk senantiasa peduli terhadap lingkungannya.

Diluar dugaan, sisi gelap Citayam Fashion Week ternyata banyak anak-anak diana yang putus sekolah. Banyak alasan mereka untuk tidak melanjutkan pendidikan, seperti broken home, malas, dan masalah perekonomian keluarga. “Saya enggak sekolah kak karena broken home, jadi saya sering main-main kesini,” ujar si Anis . Tidak hanya itu saja, mereka kerap tidur di trotoar kawasan Sudirman hingga mengganggu pengguna jalan lainnya yang hendak beraktivitas. Beberapa dari mereka mengaku kalau mereka malas untuk pulang kerumah. Citayam Fashion Week menjadi pelampiasan mereka kabur dari rumah untuk mencari kesenangan. 

Perilaku anak-anak Citayam Fashion Week dinilai rawan terhadap pergaulan bebas. Tidak hanya tingkah mereka yang kerap ditemukan tidur di trotoar, mereka juga sering ditemukan tidur di bawah jembatan serta banyak ditemukan anak-anak dibawah umur yang sudah merokok. Hal-hal seperti ini memicu terjadinya pergaulan bebas. Terlepas dari latar belakang mereka yang mungkin kurang baik, namun hal-hal semacam ini tidak dapat dibenarkan juga. Tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan orang lain yang merasa terganggu dengan keberadaan mereka yang seperti itu. 

Rawannya pergaulan bebas di Citayam Fashion Week menjadi sorotan beberapa pihak, termasuk Kapolres Jakarta Pusat karena banyak dari mereka yang masih dibawah umur. Minimnya peran orang tua dalam mendidik dan mengawasi mereka juga menjadi sangat rentan untuk menjerumuskan mereka dalam hal-hal yang tidak benar. Warganet juga menyoroti perilaku anak-anak disana dengan gayanya yang kucel dan menganggap mereka belum mandi. Hal tersebut mendapat pro dan kontra bagi warganet lainnya. Namun, realitanya memang benar adanya mereka yang seperti itu. Perilaku seperti itu mungkin terlihat sepele bagi mereka, namun disisi lain mereka dapat merusak citra anak bangsa. Dengan adanya media massa yang mudah dalam menyebarkan informasi secara global, citra anak bangsa juga akan lebih mudah untuk dinilai oleh masyarakat luas. 

Kebebasan yang ada di Citayam Fashion Week ternyata menjadi wadah bagi komunitas LGBT untuk berekspresi. Komunitas LGBT di Citayam Fashion Week menjadi banyak sorotan publik, lantaran banyak ditemui anak-anak laki-laki disana yang berpakaian layaknya wanita, seperti menggunakan pakaian crop top dan sepatu high heels. Bagi mereka mungkin itu salah satu bentuk ekspresi mereka terhadap outfit yang mereka gunakan terlihat out of the box dan unik. Namun, disisi lain hal tersebut dinilai sudah melewati batas wajar. Indonesia tidak pernah mengesahkan perihal LGBT atau lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Tidak hanya dari segi berpakaian, namun dari segi mereka berbicara maupun tingkah laku juga dinilai tidak sesuai dengan kodrat mereka. Sehingga hal tersebut mendapat banyak kritikan oleh warganet dimana Citayam Fashion Week dinilai menjadi sarang bagi komunitas LGBT untuk ekspresi diri. 

Citayam Fashion Week adalah bentuk ekspresi publik sehingga akan banyak disorot dan dikritik oleh banyak orang maupun warganet. Hampir semua kalangan masyarakat dan warganet menyudutkan dan mendiskreditkan komunitas LGBT di Citayam Fashion Week. Mereka menilai bahwa komunitas LGBT tersebut tidak tahu malu dan tidak tahu tempat. Indonesia tidak akan membenarkan perilaku mereka yang menyimpang seperti itu, apalagi secara terang-terangan di ruang publik. “Saya sendiri sebenarnya juga risih kak melihat perilaku dan gaya mereka yang kayak cewek itu, apalagi sejak viralnya Citayam Fashion Week. Amit-amit deh,” ujar Agung, anak Depok yang sering nongkrong di kawasan Sudirman juga.

Melihat sisi gelap lainnya dari viralnya Citayam Fashion Week muncul ‘artis-artis’ baru yang banyak diperbincangkan oleh publik. Warganet mengomentari salah satu artis baru di Citayam Fashion Week, Jeje Slebew yang layaknya sedang main artis-artisan. Beredar video di platform TikTok yang memperlihatkan Jeje yang sedang dikawal oleh temannya di tengah keramaian kawasan Sudirman seperti artis yang sedang lewat. Baru viral sebentar perilakunya sudah berlagak seperti artis papan atas. Dari hasil pengamatan warganet di video tersebut, memperlihatkan bahwa masih tersedia jalan lebar di depannya, namun yang membuat warganet bertanya mengapa harus dikawal dengan kru yang heboh sendiri layaknya artis sedang lewat padahal masih banyak jalan yang kosong di depan mereka. 

Warganet merasa geram melihat perilakunya yang seperti itu. Berlagak ‘si paling terkenal’ padahal juga tanpa warganet dia tidak akan bisa berada diposisi yang sekarang. Jeje pun mendapat banyak hujatan dari warganet atas perilakunya tersebut. Tidak hanya warganet saja yang geram, warga setempat juga itu geram melihat aksi mereka. Tak lama setelah itu beredar video juga yang memperlihatkan adanya perkelahian antara salah satu teman yang sedang mengawal Jeje dengan warga setempat. Hal tersebut bermula ketika salah satu orang hendak meminta Jeje untuk berfoto bersama, namun respon yang didapat dari temannya justru terkesan sombong dan kurang baik. Alhasil, timbulah pertikaian diantara mereka. Tidak hanya geram atas responnya yang seperti itu, namun mereka juga geram melihat aksi artis-artisan Jeje dan temannya dimana jalanan yang mereka lintasi terlihat sepi dan tidak banyak orang yang peduli. Lantas mengapa mereka berperilaku seperti itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun