Sekitar 6 bulan yang lalu saya mengembangkan sebuah perpustakaan mini atau pojok baca di sebuah SMK di Nias. Saya terinspirasi untuk membuat pojok baca karena para siswa yang sangat malas membaca dan sulit mendapatkan buku-buku. Sepenuhnya saya tidak dapat menyalahkan para siswa, karena di Nias sampai sekarang ini hanya terdapat satu toko buku, sedangkan di Nias sekarang ini sudah terdapat 5 perguruan tinggi dan beratus-ratus sekolah.
Awal saya mendapat inspirasi untuk membuka pojok baca karena saya sempat memberikan tugas kelompok kepada para siswa. Tapi sangat disayangkan siswa yang mengerjakan tugas yang saya berikan hanya sekitar 5 orang.  Ketika, saya menanyakan alasan mereka mengapa tidak mengerjakan tugas, mereka mempunyai alasan yang berbeda-beda, ada yang malas mengerjakan, tidak bisa konsentrasi, dan yang susah mencari buku. Kemudian, saya  menyuruh mereka untuk ke perpustakaan. Para siswa dengan serentak mengatakan kepada saya "Pak, perpustakaanya tidak pernah dibuka.". Seketika saya hanya bisa diam mendengar informasi tersebut.
Setelah kejadian itu, saya mencoba mencari solusi dengan mencoba membuat perpustakaan mini di dalam kelas. Sebelum saya mewujudkan rencana itu, saya terlebih dahulu konsultasi dengan Ka. Prodi jurusan. Beruntung Ka.prodi setuju. Lalu, saya menyuruh para siswa untuk membuat rak buk. Sangat saya sayangkan 2 minggu rak bukunya tidak selesai. Sayapun berinisiatif untuk membuatnya sendiri.
Setelah rak selesai, permasalahan yang dihadapi seterusnya adalah buku-buku yang diisi dalam perpustakaan mini tersebut. Beruntung ka.prodi menyuruh beberapa guru dan para siswa untuk menyumbangkan buku-bukunya. 1 minggu kemudian buku akhirnya terkumpul, tetapi buku-buku yang terkumpul tidak membuat para siswa tertarik untuk membacanya.
Beberapa kali, saya mengajar para siswa tidak pernah membaca buku-buku yang ada di pojok mini perpustakaan. Ada beberapa faktor para siswa malas membaca, yaitu:
1. Buku-buku yang ada di perpustakaan mini tidak menarik untuk dibaca.
2. Rata-rata para siswa masih belum ada minat dalam membaca dan menulis.
3. Berasal dari latar belakang menengah ke bawah, akibatnya para orangtua tidak mampu membeli buku.
4. Tidak tersedia perpustakaan daerah.
5. Perpustakaan di sekolah tidak difungsikan.