Mohon tunggu...
Ivone Dwiratna
Ivone Dwiratna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang hamba TUHAN

Believe, Belajar, Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nisan

26 Desember 2016   02:55 Diperbarui: 26 Desember 2016   04:18 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melewati deretan penjual tanaman dan batu alam yang dulu berjualan di sekitar rel KA di daerah dekat tempatku. Aku jadi teringat kisahku beberapa tahun lalu disana. 22 Mei 2011...Kenangan yang membingungkan... Begini ceritanya..

Siang itu aku begitu repot, harus kesana-sini mencari beberapa kebutuhan untuk renovasi rumah. Kubawa ketiga anakku bersamaku, ruwet sekali meladeni mereka hingga akhirnya masih ada yang belum bisa kudapatkan. Rooster, hanya perlu sedikit. Tapi aku ingin yang unik, kuat dan sederhana. Duh, dimana tempat yang menjual apa yang kuinginkan? 

Tanpa terasa saat itu sudah sore. Hampir gelap. Saat mobil kami sedang melaju, tiba-tiba aku ingin berhenti di sederetan penjual tanaman dan batu alam. Pandanganku tertuju ke sebuah lapak satu-satunya yang masih buka. Aku masuk kesana dan berbicara dengan penjualnya. Setelah puas bertanya-tanya, aku melihat-lihat dagangannya. Lalu sekilas kulihat dari celah-celah lapaknya, ada lapak lain yang menarik hatiku.

Sudah agak gelap saat itu, bulu kudukku meremang. Aku berjalan masuk ke lapak itu. Sepi sekali. Kucoba ucapkan salam dan kucari penjualnya barangkali masih ada di sana. Tak ada yang menyahut. Kulihat sepintas dagangannya, ditata dengan rapi dan menarik. Entahlah, tempat ini seperti magnet bagiku. Tapi aku tak berhenti merinding sedari tadi. Sempat kulirik, ada jajaran nisan disitu. Cepat aku keluar, setengah berlari dari lapak itu dan kembali ke mobil. Huffft... legaaaa.... Seram juga di lapak yang tadi, besok aku datangi lagi.

Keesokan harinya, aku datang lebih awal. Belum terlalu siang aku sudah di lapak yang kemarin aku datangi. Letaknya di pinggir jalan raya utama. Di depan pintu masuk lapaknya, aku melihat jajaran contoh-contoh nisan yang dipajang. Kulalui saja, tapi tiba-tiba ekor mataku seperti menangkap sesuatu. Kusurutkan langkahku. Ada sesuatu yang menarik dari deretan nisan-nisan itu. Aku tidak tahu mengapa begitu tertarik untuk melihatnya. Lalu mataku tiba-tiba terhenti pada sebuah nama di salah satu nisan itu. Sepertinya aku mengenalnya. Kucoba untuk mengingat-ingat perlahan-lahan, kukumpulkan kepingan ingatanku dan kuputuskan untuk memotretnya.

Baru beberapa waktu Wulan, sahabatku saat kuliah di strata satu sebuah universitas di Surabaya menyambung kontak lagi denganku. Komunikasi kami tidak terlalu intens, tapi aku senang karena sudah menemukan lagi sahabat lamaku. Saat itu, aku teringat untuk mengontaknya. Kukirim foto nisan itu pada Wulan. Dan Wulan kaget, ia mengiraku sedang ada di areal pemakaman. Ya, ternyata benar itu nama ayahnya dan benar itu nisan ayahnya. Wulan heran darimana aku mendapatkan foto nisan itu. Saat itu Wulan sekeluarga sedang ke makam ayahnya di Keputih, peringatan 2 tahun meninggalnya sang ayah. Dan aku juga sedang sibuk memilih rooster. Jadi, pembahasan mengenai ini kami tunda.

Malamnya, Wulan dan aku berbicara di telepon. Kami saling bertukar kabar. Banyak cerita yang kami bagi. Lalu akhirnya sampai juga ke pembahasan mengenai nisan ayahnya.

“Eh, foto nisan ayahku itu kamu dapat darimana?” Wulan penasaran

“Dari lapak orang jual batu alam, Wulan.. Bener itu nisan ayah?” tanyaku

“Bener.. Bagaimana bisa ya?” Jawaban Wulan yang singkat itu membuatku ganti yang penasaran.

“Sebentar toh Lan, aku kok bingung. Kalau nisan itu milik ayah, kenapa ada di lapak orang ini? Harusnya kan masih dipakai..” Aku bingung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun