Mohon tunggu...
Ivan Syhrn
Ivan Syhrn Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang yang ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perkembangan retorika dari zaman ke zaman

5 Oktober 2025   07:26 Diperbarui: 5 Oktober 2025   07:22 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ilmu retorika merupakan cabang pengetahuan yang membahas tentang seni berbicara secara efektif dan persuasif. Retorika tidak hanya berhubungan dengan kemampuan berbicara di depan umum, tetapi juga mencakup cara menyusun argumen, menyampaikan gagasan, dan memengaruhi pendengar melalui bahasa. Sejarah panjang retorika dapat ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, kemudian berkembang pesat pada masa Romawi, dan akhirnya mengalami pembaruan makna serta fungsi pada era modern.

1. Zaman Yunani: Asal-usul Retorika sebagai Seni Persuasi
Akar retorika berasal dari Yunani Kuno pada abad ke-5 SM, khususnya di kota Athena yang dikenal sebagai pusat demokrasi. Pada masa itu, warga negara dituntut untuk mampu berbicara di depan publik, terutama dalam sidang-sidang politik dan pengadilan. Oleh karena itu, kemampuan berbicara menjadi keterampilan penting. Tokoh awal yang memperkenalkan dasar-dasar retorika adalah Corax dan Tisias dari Sisilia. Mereka mengajarkan teknik berbicara untuk memenangkan perkara di pengadilan.

Namun, perkembangan besar retorika terjadi melalui Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates memandang retorika sebagai alat pencarian kebenaran, sedangkan Plato mengkritik retorika yang hanya berorientasi pada bujukan tanpa dasar moral. Aristoteles kemudian menengahi pandangan tersebut dengan menulis Rhetorica, karya monumental yang menjelaskan tiga komponen utama retorika: logos (logika), ethos (kredibilitas), dan pathos (emosi). Bagi Aristoteles, retorika adalah seni menemukan cara terbaik untuk meyakinkan orang dalam situasi tertentu.

2. Zaman Romawi: Retorika sebagai Ilmu dan Keterampilan Politik
Ketika Romawi mengambil alih dominasi budaya Yunani, retorika menjadi bagian penting dalam pendidikan dan kehidupan politik. Pada masa ini, retorika berkembang sebagai disiplin ilmu formal yang diajarkan di sekolah-sekolah. Tokoh-tokoh penting Romawi seperti Cicero dan Quintilian memperluas teori-teori Yunani dan menyesuaikannya dengan konteks Romawi.

Cicero, melalui karya De Oratore, menekankan bahwa seorang orator sejati tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga harus memiliki pengetahuan luas, moralitas tinggi, dan kepekaan terhadap publik. Sementara itu, Quintilian dalam Institutio Oratoria menggambarkan pendidikan ideal bagi calon orator, dari masa kanak-kanak hingga dewasa, dengan tujuan membentuk "the good man speaking well" --- seseorang yang berbicara dengan kebaikan dan kebijaksanaan.

Pada masa ini, retorika tidak hanya menjadi alat persuasi, tetapi juga menjadi simbol status intelektual dan moral. Setiap negarawan Romawi yang hebat, seperti Julius Caesar, dianggap harus menguasai seni berbicara untuk memengaruhi rakyat dan senat.

3. Zaman Modern: Retorika dalam Ranah Komunikasi dan Media
Memasuki zaman modern, terutama sejak abad ke-19 hingga kini, retorika mengalami transformasi besar. Fokusnya tidak lagi terbatas pada pidato publik, melainkan meluas ke berbagai bidang, seperti politik, pendidikan, media massa, hingga komunikasi digital. Para pemikir modern seperti Kenneth Burke dan Chaim Perelman menafsirkan ulang retorika sebagai seni membangun makna dan hubungan sosial melalui simbol dan bahasa.

Di era digital, retorika berperan penting dalam membentuk opini publik melalui media sosial, iklan, dan kampanye politik. Bahasa persuasif kini digunakan dalam berbagai platform komunikasi, termasuk teks, gambar, dan video. Dengan demikian, retorika modern tidak hanya berbicara tentang "bagaimana berbicara dengan baik", tetapi juga "bagaimana memengaruhi melalui pesan dalam berbagai bentuk".

Penutup
Sejarah retorika dari zaman Yunani, Romawi, hingga modern menunjukkan bahwa seni berbicara dan berkomunikasi selalu memiliki relevansi besar dalam kehidupan manusia. Dari ruang sidang di Athena hingga media digital masa kini, retorika terus menjadi alat utama dalam membentuk pikiran, memengaruhi keputusan, dan membangun peradaban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun