Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darurat Mudarat Bagi Para Pengguna Instagram

21 Maret 2018   11:58 Diperbarui: 21 Maret 2018   12:15 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram adalah salah satu media sosial yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Bukan hanya kalangan muda atau anak-anak, orang tua juga gemar bermain Instagram. Di Indonesia, pengguna Instagram tergolong sebagai pengguna masif.

Beberapa waktu silam, Instagram pernah membeberkan data internalnya perihal penggunanya di Indonesia. Jumlahnya menakjubkan. Tak kurang dari 45 juta orang Indonesia ternyata menggunakan media sosial ini secara aktif. Bukan hanya itu, penggunanya juga tercatat sebagai pembuat konten Instagram Story terbanyak di dunia. Karena jumlah pengguna yang banyak ini, Indonesia menjadi komunitas Instagram terbesar di Asia Pasifik, serta salah satu pasar terbesar di dunia dari total 700 juta pengguna aktif setiap bulan. Padahal, pengguna aktif di awal tahun 2016 hanya 22 juta. Jumlah ini saya sebut: Fantastis!

Harus kita akui, media sosial yang satu ini memang memiliki daya tarik yang sangat memikat. Gambar, video, serta filter yang ditawarkan banyak menarik hati para penggunanya. Oleh sebab itu, tak bisa dipungkiri banyak orang yang kemudian menghabiskan banyak waktunya untuk bermain Instagram.

Secara pribadi, saya adalah pengguna Instagram. Menurut saya, banyak nilai edukasi yang ditawarkan oleh Instagram. Beberapa akun yang saya ikuti banyak memberi manfaat buat saya sendiri. Misalnya, publikasi acara tertentu, berita terkini, perihal musik, juga termasuk hal-hal yang bersifat rohani. Kadang kala, inspirasi menulis juga bisa muncul setelah melihat Instagram. Bermanfaat.

Namun, di balik manfaat yang diberikan oleh Instagram, ada hal lain yang malah harus diwaspadai oleh penggunanya sebagai sebuah mudarat. Apa sajakah itu?

1.Instagram dan soal "kantong"

Di gawai yang saya gunakan, ada pengaturan yang dapat menghitung kuota data internet yang habis per aplikasi. Kemudian beberapa waktu yang lalu, saya mengecek informasi dari data tersebut. Ternyata, hampir 50% kuota data internet saya habis hanya untuk mengakses Instagram.

Memang, dibanding media sosial lain, Instagram tergolong boros soal kuota data internet. Karena itulah, demi penghematan, kadang kala, bermain Instagram saya lakukan saat ada wi-fi gratis saja. Tapi, bagaimana kalau tidak ada? Terpaksa pakai kuota sendiri. Masalahnya, jika terlalu banyak menggunakan kuota sendiri pasti tidak baik buat kantong. Tapi jika pandai berhemat menggunakan kuota internet, pasti pengeluaran kita jadi berkurang.

2.Muncul Hobi baru: nge-story

Salah satu fitur yang paling menarik dari Instagram adalah Insta-Story. Fitur ini memberi keleluasaan pada kita untuk merekam serta membagikan seluruh kegiatan kita dalam satu hari. Yang semakin menambah daya tarik adalah keberadaan efek yang bisa membuat cerita kita terlihat keren.

Di zaman ini, nge-story bukan hanya kegiatan sampingan, tetapi sebaliknya sudah menjadi hobi sebagian orang. Apa-apa dimasukkan story. Penting atau tidak, yang penting nge-story dulu. Saking terlalu banyaknya, kadang kala storynya bisa terlihat seperti titik-titik (...). Pertanyaan yang kemudian muncul: Untuk Apa? Apakah semuanya perlu "dilihat" orang lain? Atau apakah semuanya perlu "diperlihatkan" kepada orang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun