"Sepertinya dia nggak cocok jadi pemimpin deh."
"Orang seperti itu kok jadi pemimpin."
"mengatur aku dan temen-temen aja nggak bisa, eh mau berlagak jadi pemimpin."
"Sebagai seorang pemimpin dia harusnya nggak seperti itu."
Pernahkah rekan-rekan pembaca mendengar beberapa ungkapan diatas? Ungkapan diatas memang acapkali menjadi bahan curhatan internal para karyawan di sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan tidak semua karyawan memiliki keberanian mengungkapkan kalimat tersebut secara langsung kepada para pemimpinnya.
Para karyawan tersebut memiliki kekhawatiran bahwa mengungkapkan kalimat tersebut akan membuat mereka kehilangan pekerjaan. Akhirnya para karyawan ini pun terpaksa mengikuti pemimpinnya. Keterpaksaan ini tanpa disadari membuat sang pemimpin berada di level terendah dalam sebuah kepemimpinan.
John C Maxwell di salah satu bukunya pernah memaparkan mengenai 5 level didalam kepemimpinan mulai dari kepemimpinan dasar (hak/rights), hingga puncak kepemimpinan yaitu respek atau rasa hormat. Kepemimpinan dasar adalah ketika orang lain mengikuti pemimpinnya karena mereka memang harus melakukan hal tersebut atau sering disebut juga sebagai seseorang yang hanya mengandalkan jabatannya.Â
Sedangkan puncak kepemimpinan adalah ketika orang lain mengikuti pemimpinnya karena siapa dia dan apa yang dia representasikan. Kepemimpinan puncak biasanya terjadi ketika sang pemimpin telah menghabiskan waktunya bertahun-tahun untuk mengembangkan orang lain dan organisasi. Sehingga orang-orang yang dipimpin ini dengan sukarela mengikuti pemimpinnya.
Salah satu alasan banyaknya pemimpin yang mengalami kegagalan untuk menggerakkan orang yang dipimpinnya adalah karena orang-orang yg dipimpinnya tidak mengikutinya secara sukarela. Kebanyakan pemimpin ini terlalu berfokus pada kepentingan pribadi mereka sendiri. Bagaimana agar sang pemimpin terlihat bagus, bagaimana agar programnya berjalan baik, bagaimana agar kepemimpinannya terlihat baik. Mereka lupa bahwa keberhasilan pemimpin tidak hanya dinilai dari kinerja yang dibebankan pada mereka, melainkan juga dinilai dari seberapa banyak orang yang dipimpinnya mendapatkan keberhasilan didalam pekerjaannya.
Maka ketika kita ingin sampai pada level kepemimpinan tertinggi, selalu pastikan kita tidak hanya berfokus pada pekerjaan kita sendiri, melainkan fokus juga pada upaya untuk mengembangkan orang lain dan organisasi sehingga akhirnya orang-orang disekitar kita respek dan mengikuti kita dengan sukarela.
Ivandhana