Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjemur Jagung Bersama Matahari di Dusun Krajan, Ponorogo

16 Mei 2023   21:54 Diperbarui: 16 Mei 2023   22:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjemur jagung seusai panen. Foto: Dok. Isson Khairul


Hari ini perasaan ga banyak kegiatan tapi berasa energi kesedot banget terus capeee. Itu petikan postingan Shita, sahabat saya, di laman fb-nya. Ia juga sobat saya di Kompasiana. Gelombang panas belakangan ini, memang telah meresahkan banyak orang. Panas yang benar-benar menyengat.

Saya memaklumi itu, karena Shita tinggal di kota. Sebaliknya, sebagai orang desa yang bermukim di desa, saya justru mensyukuri panas garang ini. Panas yang membawa berkah.

Siang ini, di Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, saya leluasa menjemur butiran jagung yang baru saja dipanen. Tak perlu menggelar jauh-jauh. Cukup di pekarangan rumah saja.

Data dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Biskaperbapo) Jawa Timur, menunjukkan harga rata-rata jagung pipilan kering di Jawa Timur, sekitar  Rp 6.822 per kilogram.

Hari-hari di Dusun Krajan adalah hari-hari bersama matahari. Panasnya mantap banget. Langsung menukik ke ubun-ubun. Di sebelah kanan terhampar batang-batang jagung yang sudah mengering. Jagung-jagungnya sudah dipanen. Setelah dipipil, kemudian saya jemur di halaman pekarangan rumah.

Di sebelah kiri, terhampar batang-batang jagung yang hijau subur. Tak lama lagi, jagung-jagung itu siap untuk dipanen. Jika dipanen untuk dijadikan jagung rebus, usia jagung cukup 65 hari setelah ditanam.

Jika dipanen untuk dijadikan bahan pakan ternak, misalnya, panen dilakukan setelah jagung berumur 80-110 hari setelah tanam. Tiap petani leluasa menentukan, kapan mau menanam jagung dan kapan hendak memanen, sesuai tujuan masing-masing.

Leluasa menanam. Leluasa memanen. Itulah demokrasi bertani di Dusun Krajan. Panas atau hujan, terpulang kepada semesta. Petani menyesuaikan dengan siklus alam.

Sebagai orang desa yang bermukim di desa, sepertinya tidak ada alasan untuk mengeluh. Segala yang datang dari alam adalah keberkahan. Hujan dan panas silih berganti. Petani senantiasa berupaya. Agaknya, tidak ada alasan untuk mengeluh. Waktunya panas ya panas. Waktunya hujan ya hujan.

Ponorogo, 16 Mei 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun