Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Sentris vs Jawa Sentris untuk Wisata Nusantara

30 Juni 2016   05:36 Diperbarui: 30 Juni 2016   07:20 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri PUPR, Mochamad Basoeki Hadimoeljono (kedua dari kanan), menegaskan, Indonesia Sentris ditujukan untuk pemerataan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa. Pemerataan tersebut sangat dibutuhkan industri pariwisata. Dari kiri ke kanan: Ellen Tangkudung, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dan Nusyirwan Soejono, Anggota Komisi V DPR RI. Dari kanan ke kiri: Pepih Nugraha, Kepala Suku Kompasiana, dan Mochamad Basoeki Hadimoeljono. Foto: isson khairul

Pariwisata di Pulau Jawa tumbuh pesat karena dukungan infrastruktur. Sebaliknya, pariwisata di luar Jawa sesak napas, karena minim infrastruktur. Mampukah gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris mengatasi ketimpangan di sektor pariwisata tersebut?

Kita bisa mulai dengan Danau Toba sebagai contoh. Ini danau terluas di Asia Tenggara dan danau terdalam di dunia. Tapi, hingga kini, Danau Toba belum juga menjadi destinasi wisata dunia. Kenapa? ”Akses transportasi adalah kelemahan utama Danau Toba,” ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pada Selasa (14/6/2016) lalu. Kita tahu, transportasi yang dimaksud Arief Yahya adalah transportasi yang menjadi bagian dari infrastruktur. Jujur saja, kelemahan akses transportasi tersebut bukan hanya dihadapi Danau Toba, tapi juga dialami oleh begitu banyak destinasi wisata di tanah air, khususnya destinasi wisata di luar Pulau Jawa.

Infrastruktur Memancing Minat

Mari kita cermati realitas akses transportasi, seperti yang dimaksud Arief Yahya sebagai kelemahan utama Danau Toba di Sumatera Utara. Di provinsi itu memang sudah ada Bandara Kualanamu, yang berada sekitar 39 kilometer di luar kota Medan, ibu kota Sumatera Utara. Dari sana, untuk mencapai Danau Toba melalui Parapat dengan jalan darat, dibutuhkan waktu 4-5 jam. Ini tentulah menjemukan serta melelahkan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba.

Selain Bandara Kualanamu, di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, juga ada bandara lain, yaitu Bandara Silangit. Dari sana, melalui jalan darat, hanya diperlukan waktu 1-2 jam untuk sampai ke Danau Toba. Status bandara itu bisa dikatakan masih bandara perintis, yang membutuhkan banyak pembenahan untuk menjadikannya bandara internasional. Fasilitas yang ada pun masih sangat terbatas.

Bandara Silangit yang berada di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, dikebut pembenahannya. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia, diyakini akan berdampak positif bagi kehidupan ekonomi masyarakat di wilayah sekitarnya. Artinya, pemerataan pembangunan infrastruktur sekaligus menjadi sarana untuk pemerataan ekonomi. Foto: google map
Bandara Silangit yang berada di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, dikebut pembenahannya. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia, diyakini akan berdampak positif bagi kehidupan ekonomi masyarakat di wilayah sekitarnya. Artinya, pemerataan pembangunan infrastruktur sekaligus menjadi sarana untuk pemerataan ekonomi. Foto: google map
Karena jaraknya relatif dekat dengan Danau Toba, pembenahan Bandara Silangit dikebut. Direncanakan, September 2016 nanti, panjang landasan Bandara Silangit menjadi 2.650 meter dengan lebar 40 meter. Runway tersebut di-upgrade demikian, agar siap dilandasi pesawat berbadan besar jenis Boeing 737. Tapi, itu tidak otomatis menjadikannya sebagai bandara internasional. Masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebuah bandara perintis, untuk naik kelas menjadi bandara internasional.

Dari aspek bandara itu saja, kita tahu, masih sangat banyak pekerjaan infrastruktur yang harus dilakukan, agar keberadaannya relevan untuk mendukung Danau Toba menjadi destinasi wisata kelas dunia. Meski demikian, pembenahan infrastruktur Bandara Silangit yang kini tengah dikerjakan, telah memancing banyak pihak. Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, mengatakan, maskapai penerbangan dari Singapura dan Malaysia sudah menyatakan minatnya untuk terbang langsung ke Bandara Silangit.

Solusi Indonesia Sentris

Rizal Ramli mengemukakan hal itu dalam acara Malam Budaya Menyongsong Badan Otorita Danau Toba, yang diadakan di Auditorium BPPT, Jl. Thamrin 8, Jakarta Pusat, pada Rabu (25/5/2016) malam. Seluruh elemen Tanah Batak hadir di sana. Apa yang disampaikan Rizal Ramli tersebut menunjukkan kepada kita bahwa destinasi Danau Toba sesungguhnya memiliki magnet, dalam konteks tourism. Tapi, karena selama ini infrastruktur terkait Danau Toba tidak pernah ditangani dengan sungguh-sungguh, ya tidak ada pihak yang merespons.

Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli (tengah) bersama para bupati dari 7 kabupaten seputar Danau Toba. Mereka sepakat untuk membenahi infrastruktur di wilayah masing-masing demi menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia. Gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris tentu akan mempercepat proses pembenahan tersebut. Foto: isson khairul
Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli (tengah) bersama para bupati dari 7 kabupaten seputar Danau Toba. Mereka sepakat untuk membenahi infrastruktur di wilayah masing-masing demi menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia. Gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris tentu akan mempercepat proses pembenahan tersebut. Foto: isson khairul
Buktinya, begitu Bandara Silangit diutak-atik sedikit saja, maskapai penerbangan dari Singapura dan Malaysia sudah langsung menunjukkan perhatian yang positif. Padahal yang dibenahi baru sebatas infrastruktur Bandara Silangit. Ini satu bukti nyata, betapa besarnya peran pembangunan infrastruktur terhadap perkembangan industri pariwisata di tanah air. Bukti lain, setelah Garuda Indonesia membuka rute penerbangan dari Soekarno-Hatta ke Bandara Silangit secara terjadwal, tingkat keterisian pesawat pun sangat menggembirakan.

Karena itulah, gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris, merupakan angin segar bagi sejumlah destinasi wisata yang ada di luar Jawa. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dr. Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M. Sc., merinci, gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris  ditujukan agar pembangunan infrastruktur bisa lebih merata di beberapa titik wilayah Indonesia. Mochamad Basoeki Hadimoeljono mencontohkan pembangunan infrastruktur skala besar yang sudah mulai dikerjakan. Antara lain, proyek pembangunan Trans Sumatera, Trans Kalimantan, Trans Makassar, dan Trans Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun