Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dari Rp 6.600 Jadi Rp 7.260, Bulog Naikkan Harga Beli Beras Petani

2 Maret 2015   18:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 2413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_353525" align="aligncenter" width="636" caption="Kenaikan harga beras di sejumlah kota sepanjang Januari-Februari 2015, direspon pemerintah dengan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) beras petani sebesar 10 persen. HPP beras belum ada kenaikan sejak 2 tahun lalu. Kenaikan HPP beras tersebut diusulkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat rapat beras miskin (raskin) dengan para menteri ekonomi Kabinet Kerja. Foto: kompas.com"][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Musim panen tiba. Harga beras di tingkat konsumen sedang bergelora. Pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) beras petani sebesar 10%, dari sebelumnya Rp 6.600/kg menjadi Rp 7.260/kg. Itu dinyatakan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu (14/01/2015).

Apakah kenaikan 10 persen tersebut signifikan? Bila, misalnya, dikorelasikan dengan kenaikan upah buruh tani, kenaikan biaya transportasi, serta kenaikan harga pupuk. Para petani tentu bisa menjawabnya. Mungkin juga Anda. Petani memang tidak diwajibkan menjual beras mereka kepada pemerintah, dalam hal ini ditangani oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Petani bebas menjual beras mereka ke pihak mana pun, meski dalam beberapa hal, petani menikmati subsidi dari pemerintah.

Langsung Lebih Untung

Bila petani menjual beras mereka langsung ke konsumen, tentu petani akan mendapatkan harga yang lebih baik. Apalagi di saat seperti ini, ketika harga beras di tingkat konsumen sedang melambung tinggi. Ini memang soal pilihan. Juga, tergantung kebutuhan. Sebagian petani memilih menjual beras mereka kepada tengkulak atau pedagang beras.

Petani di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, misalnya. Beras jenis IR 64 KW II Jampang, bisa mereka jual kepada tengkulak dengan harga Rp 8.500 per kilogram. Sementara, menurut Wakil Kepala Bulog Subdivre Cianjur, Jawa Barat, Titov Agus Sabilia, pada Selasa (24/2/2015), plafon harga Bulog untuk beras jenis itu hanya Rp 6.600 per kilogram. Harga beli tengkulak lebih baik dari harga beli Bulog.

Sebagian besar petani kita, sepanjang hidup mereka, melulu berkutat di urusan produksi pengolahan sawah. Dari menanam hingga memanen. Mereka kerapkali gagap ketika berhadapan dengan pedagang. Sementara, saat menjual beras atau gabah kering giling (GKG), mereka berhadapan dengan pedagang atau tengkulak yang sudah sangat piawai di urusan strategi dagang.

Karena itulah, banyak petani yang terkecoh saat jual-beli produk tani tersebut. Misalnya, tengkulak maupun pedagang, seringkali tidak membayar langsung produk tani yang mereka beli. Pembayaran baru mereka lakukan, setelah produk tani tersebut mereka jual ke pasar atau ke pedagang yang skalanya lebih besar. Artinya, petani kalah saat negosiasi dengan tengkulak maupun pedagang.

[caption id="attachment_353526" align="aligncenter" width="700" caption="Kepala Staf Angakatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo melakukan Panen Raya bertajuk Unjuk Karya Panen Padi di Desa Gedungarum, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (21/1/2015). Menurut Bupati Bojonegoro, Drs. Suyoto M.Si., tahun ini Bojonegoro bisa menghasilkan 886.000 ton beras. Foto: pendam v/brawijaya - surabaya.tribunnews.com"]

1425268638276910848
1425268638276910848
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun