Mohon tunggu...
ISSAM MUHAMMAD RAYHAN
ISSAM MUHAMMAD RAYHAN Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Manusia yang hobi berpikir dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Kalimat "Cari Uang Itu Susah" dari Waktu ke Waktu

14 Maret 2019   13:00 Diperbarui: 14 Maret 2019   13:42 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang dulu kalau minta jajan sama orang tuanya, dinasehati seperti itu? Cari uang itu susah, Nak. Siapa yang tak pernah, ada 2 kemungkinan, pertama berkecukupan, yang kedua malu mau minta jajan sama orang tua.

Perjalanan kalimat "cari uang itu susah" memang sudah ada dari dulu, dan mungkin hampir semua orang tua mengatakan hal yang sama kepada anak-anaknya, termasuk kita. Yang pasti itu adalah upaya untuk membuat anak tidak boros dalam menggunakan uang. Tapi bagaimana kalau anak masih tetap kekeuh minta uang jajan? Apa harus disuruh dulu melakukan ini? Dengan menggunakan embel-embel reward.

Mengajarkan anak untuk mandiri tidaklah salah, tapi bukan berarti kita harus menyuruh mereka melakukan sesuatu lalu memberi reward kepada mereka.

Kalau saja sistem ini terus menerus dilakukan, itu juga akan menimbulkan masalah dikemudian hari, contohnya saja kalau misalnya anak kita berubah menjadi baik karena memang dia ingin berbakti kepada kalian, tapi kitanya malah bicara seperti ini,

"Tumben baik? Pasti ada maunya"

Justru akan menyakiti hati anak kita sekaligus membunuh karakter anak tersebut, dan rasa kecurigaan kita kepada anak malah membuat jarak antara orang tua dan anak.

Perjalanan kalimat "cari uang itu susah" saya kaitkan dengan Teori Time Money of Value (TMV), kalau diibaratkan itu seperti 1 Rupiah di hari ini, nilainya lebih berharga dari 1 Rupiah di masa yang akan datang. Bagaimana tidak? Saya akan menjelaskan lebih rinci lagi.

Saat itu saya sedang berkumpul dengan teman-teman saya yang sedang berlibur ke kampung halaman, mereka mahasiswa Manajemen UII (Universitas Islam Indonesia). Mereka memberikan saya pelajaran baru, pelajaran yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya, karena program studi kami jelas berbeda, mereka menjelaskan definisi Time Money of Value dan seperti apa contohnya.

Coba kita bayangkan, untuk hari ini kita masih bisa membeli nasi pecel ayam seharga Rp15.000, mungkin untuk 10 tahun kedepan, harga Rp15.000 itu hanya cukup untuk membeli es teh manis saja.

Hal itu gak hanya berlaku di pecel ayam saja, ini berlaku untuk semuanya, karena banyak hal yang bisa beli dengan uang, kecuali keluarga. Karena harta yang paling berharga, adalah keluarga.

Hal itu terjadi karena adanya faktor inflasi (kenaikan biaya) dan berkurangnya nilai sebuah uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun