Mohon tunggu...
Isriyati
Isriyati Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis

Seseorang yang menggemari membaca komik Jepang (manga), menyenangi merangkai kata menjadi tulisan, menyukai jalan-jalan, dan mencintai warna oranye

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menyeimbangkan Idulfitri

23 Mei 2020   12:57 Diperbarui: 23 Mei 2020   12:59 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Idul Fitri sebagai eksistensi tujuan komunikasi

Seperti dua mata sisi uang, momen Lebaran yang diikuti dengan pola konsumtif masyarakatnya, juga memiliki nilai menjaga komunikasi sosial dan interpersonal di masyarakat. Muatan dalam konteks ini adalah saat bersilaturahmi dan saling memaafkan terselip makna atas doa dan pengharapan yakni mendekatkan yang jauh, menyambung yang terputus, menemukan yang terpisah, memperbaiki yang rusak, mengharmoniskan yang berbeda, dan memperpanjang usia, serta melapangkan rejeki.

Perayaan Lebaran menjadi momentum meningkatkan hubungan horizontal antar manusia. Menjadi media bagi peningkatan solidaritas sosial dimana pada saat silaturahmi dan saling memafkan dilakukan secara tulus dan ikhlas. Idul fitri memiliki nilai untuk menjaga komunikasi sosial dan komunikasi interpersonal masyarakatnya demi keberlangsungan hidup untuk meraih kebahagiaan dan menjaga hubungan dengan antar sesama manusia.

Dalam realitas ini, Idul Fitri bukan sekedar ritual semata, namun juga sebagai perwujudan keberlangsungan eksistensi tujuan komunikasi itu sendiri terutama komunikasi interpersonal.

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antarperorangan dan bersifat pribadi yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium) (Bungin: 2006). Komunikasi ini terjadi antara dua orang atau lebih dan sifatnya informal serta membutuhkan hubungan emosional di antara pelaku komunikasi.

Tujuan komunikasi interpersonal yaitu: (1) Mendapat rangsangan, stimulasi ini dibutuhkan oleh setiap manusia, jika tidak manusia akan mengalami kemunduran dan mati sehingga rangsangan yang dimaksud disini yaitu kontak pribadi antara manusia; (2) Mendapatkan pengetahuan diri. Adanya kontak dengan orang lain membuat kita akan mengetahui diri sendiri dan menambah pengetahuan tentang diri kita sendiri melalui apa yang kita yakini dan orang lain pikirkan tentang kita; (3) Memaksimalkan kesenangan, dan meminimalkan penderitaan (Devito: 2013).

Tujuan komunikasi interpersonal juga ditegaskan oleh Gordon I. Zimmerman yang menyatakan salah satu tujuan komunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain, dan Rudolph F. Verderber yang mengemukakan bahwa fungsi sosial komunikasi untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan hubungan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan (Mulyana: 2015)

Idul Fitri sebagai aktualisasi diri

Hal yang kerap kali terlewat oleh kebanyakan masyarakat kita adalah menjadikan momen Idul Fitri sebagai bentuk aktualisasi diri. Kepada siapa? Kepada Allah SWT dan kepada diri sendiri.

Formalitas nilai-nilai keagamaan disini seringkali terpenuhi manakala melaksanakan ibadah Ramadhan dan disempurnakan dengan berzakat fitrah. Padahal kedalaman nilai Idul Fitri tidaklah sedangkal itu.

Ramadhan mengajarkan akan nuansa penuh keberkahan, kekhusyukan beribadah, dan kelulusan ujian atas hawa nafsu serta kelapangan hati sehingga diri memiliki cukup energi positif untuk meneruskannya di sebelas bulan lainnya. Puncaknya adalah kemenangan di hari raya Idul Fitri. Sebuah pencapaian besar yang disambut penuh suka cita dan kegembiraan atas kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun