Mohon tunggu...
isnamau_
isnamau_ Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

born to be a learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Internalisasi Nilai Kewirausahaan Kepemimpinan pada Anak di Madrasah Ibtidaiyyah

26 Januari 2021   13:30 Diperbarui: 26 Januari 2021   13:30 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemerintah Indonesia sudah menyadari bahwa penting bagi masyarakat Indonesia mengembangkan program-program kewirausahaan dengan dikeluarkannya Intruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudidayakan Kewirausahaan. Kewirausahaan sendiri berasal dari kata dasar wirausaha yang dalam KBBI disebutkan bahwa wirausaha sama dengan wiraswasta. Kewirausahan merupakan kemampuan, komitmen, cara pikir, dan tindakan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda melalui berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan peluang.

Ruang lingkup kewirausahaan tidak terbatas pada sektor ekonomi dan bisnis semata, namun lebih dari itu kewirausahaan harus bisa menjadi bagian dari karakter dan etos kerja masyarakat Indonesia. Pembentukan karakter, budaya, dan jiwa kewirausahaan memerlukan proses yang cukup panjang. Salahsatu pembentukan budaya kewirausahaan yakni melalui proses pendidikan. Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 sebagai sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia sekarang, pendidikan kewirausahaan di sekolah dasar termasuk di madrasah ibtidaiyyah tidak diwujudkan dalam sebuah mata pelajaran tersendiri namun terintegrasi dengan berbagai mata pelajaran, ekstrakulikuler, maupun melalui pengembangan diri. Dalam hal ini madrasah ibtidaiyyah sebagai gerbang awal instansi pendidikan wajib belajar anak-anak memiliki peranan penting dan sangat strategis untuk menanamkan serta mendorong tumbuhnya nilai kewirausahaan pada siswa sejak dini.     

Dalam kewirausahaan terkandung berbagai nilai di dalamnya, salahsatu diantaranya yaitu kepemimpinan. Kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang memimpin aktivitas-aktivitas dengan produktifitas dalam bekerjasama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan. Orang yang memiliki perilaku kepemimpinan disebut dengan pemimpin. Dalam islam, pemimpin disebut dengan khalifah, amr, atau ra'in. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 30 bahwa manusia di muka bumi ini mengemban tugas sebagai seorang khalifah Allah. Selaras dengan ayat tersebut, dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa setiap dari kita merupakan seorang pemimpin dan tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.

Gambaran pemimpin idealis yang termaktub dalam Dale Time menurut Rodger D Collons yakni memiliki kelancaran berbahasa, kemampuan untuk memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, kecerdasan, kesediaan menerima tanggung jawab, ketrampilan sosial, kesadaran akan diri dan lingkungan. Sedangkan paradigma kepemimpinan dalam islam tercermin dari empat karakteristik kepemimpinan para nabi, yakni shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas).

Karena pada dasarnya setiap manusia merupakan seorang pemimpin bagi dirinya sendiri, pembentukan karakter atau jiwa kepemimpinan pada anak sejatinya melatih dan mempersiapkan siswa sehingga dapat mempertanggung jawabkan semua urusannya dengan sebaik-baiknya. Kegiatan menghormati dan saling mempercayai, serta membuat koneksi emosional dan komitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas, merupakan salahsatu contoh penanaman di sekolah dasar.

Internalisasi merupakan proses interaksi berupa pembinaan dan pemberian pengaruh pada penerimaan atau penolakan suatu nilai, sikap, pendapat dan seterusnya dalam kepribadian. Internalisasi nilai kewirausahaan adalah pembinaan dan pemberian pengaruh nilai kepemimpinan ke dalam kepribadian siswa.

Proses internalisasi nilai kewirausahaan kepemimpinan menurut Muhaimin (2011) dilakukan melalui tiga tahapan, yakni: (1) Tahap Transformasi Nilai--dalam tahap ini pendidik sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa yang semata-mata komunikasi verbal. (2) Tahap Transaksi Nilai yakni suatu tahap pendidikan nilai kepemimpinan dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal balik secara aktif. Dalam tahap ini pendidik tidak hanya memberikan informasi tentang nilai-nilai kepemimpinan tetapi juga terlibat dalam proses menerima dan melaksanakan nilai-nilai itu. (3) Tahap Transinternalisasi--pada tahap ini jauh lebih dalam yang juga melibatkan tidak hanya aspek fisik, tetapi telah menyangkut sikap mental kepribadian baik bagi pendidik maupun peserta didiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun