Banyak hal yang dirindukan dari Ramadan. Setiap orang punya kerinduan yang beragam, sangat bervariasi tergantung memori masa kecil---baik tempat tinggal maupun pengalaman.Â
Meski berbeda pengalaman dan lokasi, setiap orang bisa dipastikan punya kenangan yang dirindukan selama bulan Ramadan.Â
Anda bisa diulang, kita pasti ingin peristiwa itu kita alami kembali---apalagi pada Ramadan tahun ini ketika pandemi memaksa kita untuk menjalani bulan suci secara berbeda.
Tak bisa dimungkiri saya pribadi jadi membayangkan hal-hal yang biasa saya kerjakan pada saat Ramadan normal, yaitu bulan Ramadan ketika kita leluasa beraktivitas untuk menghidupkannya. Pagi, malam, dan malam selama Ramadan menawarkan kenangan yang unik, yang selalu nikmat kita ingat-ingat. Seperti sembila hal berikut ini, yang menjadi koleksi indah dalam bilik memori saya.
1 | Lalar
Lalar adalah bahasa Jawa untuk menggambarkan kegiatan membangunkan orang sekampung untuk bersantap sahur. Anak-anak SD dan SMP biasanya menginap diserambi masjid dan dibangunkan pukul 2 pagi. Setelah mencuci muka, kami lantas meraih kentungan yang dalam bahasa kami disebut truthukan. Truthukan biasanya dibuat dari sebilah batang bambu yang diberi lubang kecil agar menghasilkan suara nyaring.Â
Nah, yang membuat saya semangat adalah karena truthukan saya sangat unik dibanding milik teman-teman sebaya. Alih-alih batang bambu, truthukan yang saya pinjam dari mbahkung terbuat dari brungki yakni akar bambu yang sangat liat dengan tekstur kasar karena bekar sulur akar bambu. Suaranya tentu sangat nyaring dan kuat karena bentuknya yang lebih gendut dibanding bilanh bambu biasa.
Lalar memberi kesempatan pada anak dan remaja untuk ikut berpartisipasi di desa dengan membangunkan para ibu agar menyiapkan menu untuk disantap saat sahur. Kami berkeliling kampung dua sampai tiga kali sejak pukul 2 untuk memberi kesempatan setiap keluarga bangun dan bersiap sahur pada pukul 3 atau setengah 4.Â
Sungguh, lalar adalah momen yang sangat langka--bahkan mungkin tak lagi ada. Momen ketika sesama teman berkelakar sambil bernyanyi atau berselawat dengan gembira. Masa ketika belum ada gawai selain game watch yang harus kami sewa. Salah satu momen yang saya rindukan selama Ramadan adalah lalar.   Â
2 | Ngabuburit
Istilah ngabuburit tentulah bukan asli dari kampung saya. Namun istilah ini rupanya jadi idiom nasional setelah banyak acara di televisi mengadopsi namanya. Kegiatan santai menyambut waktu berbuka memang unik di tiap daerah. Ngabuburit ala anak kampung seperti saya mungkin terkesan biasa tapi jelas saya rindukan.Â
Biasanya selepas Asar, kami bermain permainan tradisional sejenak di bawah pohon sawo yang sangat teduh tepat di sebelah masjid kampung. Tak jauh dari pohon sawo tumbuh tumbuhan perdu seperti ganyong dan kunyit yang ditanam warga sebelah masjid. Di salah kami berkejaran dengan penuh kegembiraan. Pekik ceria sungguh tak tergambarkan, sangat saya rindukan. Harusnya saya tulis jadi buku atau novel tersendiri suatu hari.