"Lalu apa urusannya sama pernikahan dan jalinan cinta yang sudah dirangkai secara romantis oleh penulis di awal artikel ini?" Jawabannya cukup sederhana, manisnya jalinan cinta berpotensi menjadi sebuah perjuangan besar nan berat bagi kamu dan pasanganmu setelah menikah nanti. Karena penyakit-penyakit genetika ini berpotensi diidap oleh sang buah hati setelah ia terlahir ke dunia.Â
Jika kamu menginginkan bukti pentingnya topik pembahasan ini, berikut saya akan sampaikan beberapa penyakit genetik yang diakibatkan oleh adanya kelianan genetik atau mutasi DNA tersebut....
Thalasemia
Pada tahun 2014 lalu, sekolah saya mengadakan sebuah rangkaian acara mengenai penyuluhan penyakit Thalasemia. Awalnya saya mengira bahwa penyakit tersebut adalah gangguan kesehatan biasa yang sering dipelajari pada mata pelajaran Biologi Bab genetika. Akan tetapi persepsi saya berubah 180 derajat setelah melihat seorang wanita remaja dengan raut wajah yang pucat, kulit wajah yang sedikit menghitam, pandangan yang sayu, dan fisik yang terlihat lemas.Â
"Ya Tuhan, ini bukanlah gangguan kesehatan biasa!"Â Saut saya dalam hati sesaat setelah tertegum melihat sebuah fenomena yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Dalam presentasinya, PMI Kota Bandung menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak lagi kantung darah untuk membantu para pengidap Thalasemia. Karena pada dasarnya setiap pasien pengidap Thalasemia sangat memerlukan transfusi darah.
Thalasemia merupakan penyakit genetik yang mengakibatkan hemoglobin pada darah sangat rentan untuk pecah. Hal ini diakibatkan orang tua dari sang anak berperan sebagai carrier. Jika dianalisa berdasarkan hukum Mendel yang membahas mengenai sistematika genetik, potensi sang anak mengidap penyakit ini sebesar 25 persen, kembali berperan sebagai carrier sebesar 50 persen, dan sehat sebesar 25 persen.
Jika positif terjangkit penyakit Thalasemia, konsekuensi apa yang harus diterima oleh sang anak? Sepanjang hidupnya, ia harus terus menerus mendapatkan transfusi darah. Karena jika tidak kekurangan hemoglobin dalam darah dapat berakibat fatal terhadap kesehatan bahkan nyawanya.
Hemofilia
Sejarah mencatat, Hemofilia pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein. Ia memanfaatkan mikroskop untuk menganalisis kandungan kimiawi terhadap urin dan darah untuk mendiagnosis penyakit yang diderita oleh seorang pasien.Â
Hemofilia sendiri sering disebut sebagai "The Royal Dissease". Ini dikarenakan Hemofilia pernah menghantui keluarga kerajaan Inggris akibat Ratu Victoria berperan sebagai carrier. Akibatnya anaknya yang kedelapan bernama Leopold harus mengidap penyakit tersebut dan sering mengalami pendarahan. Leopold pun meninggal dunia di usianya yang ke 31 tahun akibat pendarahan di otak. Tidak berhenti disitu, anak perempuan sang ratu bernama Alice juga berperan sebagai carrier. Sehingga anak laki-laki Alice bernama Viscount Trematon mengidap Hemofilia dan meninggal juga karena pendarahan di otak.