Mohon tunggu...
Isma Mufida
Isma Mufida Mohon Tunggu... Guru - Semua ditulis hanya berdasarkan kejadian nyata. Jika nantinya takdir tak mengizinkan kita hidup bersama, izinkan aku tetap mencintaimu melalui tulisanku :)

Allah, Orangtua, Keluarga, Sahabat, dan dia ❤

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri "Sabar Mengantri"

7 Maret 2018   07:13 Diperbarui: 7 Maret 2018   09:15 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Aku seorang santri. Yang hidup tak jauh dari kata "sabar mengantri". Tapi aku selalu menikmati proses mengantri itu. Karena hal hal sederhana yang kulakukan bersama kawanku saat sedang antri, malah membuatku slalu lupa akan waktu karena saking bahagianya. Membuatku selalu ingin menikmati masa masa indah itu. Asin asam pahit cerita di penjara suci. 

Ini salah satu penyebab aku menjadi salahsatu tawanan guru bimbingan dan Konseling disekolah. Aku termasuk dari para buronan disekolah yang sudah dihafal oleh guru karena sudah beberapa kali masuk ruang bimbingan dan konseling. Panggilan kali ini sudah tak main main. Guru bimbingan dan konseling sudah melibatkan orangtua agar aku jera dan kemudian berjanji untuk tidak akan melanggar lagi. 

Dan selalu ibu yang datang untuk memenuhi panggilan itu. Wanita tersabar didunia yang diberi cobaan mempunyai anak nakal sepertiku. Menurutku, masalah yang lumrah sebenarnya. Hanya karena aku sering telat masuk gerbang sekolah. Sepele bukan? Aku terlambat bukan karena aku malas. Aku rajin bersekolah, aku juga anak yang pintar. Bukan sombong. Tapi aku hanya tak ingin di sepele kan. Nakal boleh, bod*h jangan. 

Begitu prinsipku. 

Setiap pagi, setelah mengantri panjang, aku tak langsung mandi. Masih ada tradisi main sirat air bersama teman teman. saling menyembunyikan peralatan mandi, bercanda, dan akhirnya? Memang benar. Kita lupa waktu. Alhasil sampai sekolah terlambat lagi, nabung point lagi, dan orangtua dipanggil ke sekolah. Menyesal? Pasti. Tapi siapa yang bisa menyalahkan masalalu? Yang terpenting sekarang kita sama sama berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Masih ada waktu untuk membahagiakan orangtua kita. 

Begitulah sedikit cerita seorang santri yang bercerita padaku mengenai pengalamannya bersama guru bimbingan dan konseling. Terimakasih inspirasinya. Semoga kisah masa SMP mu di pesantren dulu, tak terulang dan terbawa sampai sekarang :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun