Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kisah Klasik dari Melbourne: Ramang & Rio

19 Maret 2016   10:34 Diperbarui: 19 Maret 2016   11:15 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rio Haryanto saat menjalani tes di Barcelona (foto:tribunnews.com)"][/caption]

Suatu sore dibulan November 1956, sebelas laskar Garuda sedang menghadapi Uni Sovyet di partai perempat final olimpiade. Selama 90 menit laskar garuda bertarung layaknya para patriot, berkali kali gawang Maulwi Saelan dibombardir para kamerad, namun benteng garuda hari itu teramat kokoh. Bahkan di menit menit akhir, seisi stadion Melbourne hampir pecah, sebuah gocekan Ramang mendekati gawang Sovyet, disaat krusial baju Ramang ditarik oleh Igor Netto, sayangnya walau Ramang bisa melepas shooting, tendangannya mampu ditepis oleh Lev Yashin. Skor tetap 0-0, sore itu Garuda mampu menahan Sovyet. Dunia terhenyak kagum pada laskar garuda. 

Walau hanya sampai di perempat final. Hingga kini peristiwa tersebut akan selalu kenang oleh bangsa kita. Tidak jarang menjadi cerita pengantar tidur. Orang tua dengan bangganya menceritakan peristiwa heroik di Mebourne. Cerita Ramang bukan hanya kisah klasik dari Melbourne tapi kisah tentang perjuangan anak bangsa menaikan martabat sepak bola kita. Selepas kisah dari Melbourne, garuda bak macan ompong, nyaris tiada lagi prestasi heroik yang dibawa pulang.  

Dan besok 20 Maret 2016, Melbourne akan menjadi saksi sejarah, untuk pertama kali ada anak bangsa yang bertarung di level tertinggi balapan jet darat. Rio Haryanto sedang merajut mimpinya di sebuah kota yang sama ketika Ramang bermain memukau, 60 tahun silam. Seperti Ramang, Rio bukan sekedar melaju diatas sirkuit tapi sedang membawa negeri kita dilevel atas. Bendera merah putih berkibar kembali di Melbourne. Olahraga adalah martabat bangsa, bangsa yang besar menempatkan olahraga sebagai prioritas. 

[caption caption="Ramang saat tampil di olimpiade 1956 dimuat di situs fifa (foto:fifa.com)"

[/caption]

Sepakbola yang pernah mengharumkan nama Ramang ke seantero dunia (situs FIFA pernah memuat foto Ramang saat bermain di Olimpiade 1956) kini dilanda kisruh. Untuk sementara kita tidak bisa dwi warna berkibar di luar negeri, kompetisi berhenti dan kita dipaksa menonton turnamen dadakan. Maka ketika Rio hadir membawa bendera Indonesia, rasanya seperti oase ditengah gurun yang tandus. Rio hadir dalam satu paket bernama Indonesia, karena selain Rio akan muncul nama Pertamina. Maka selain badminton, formula one (F1) menjadi kebanggaan baru. 

Ada puluhan juta pasang mata akan tertuju di Sirkuit Albert Park, Melbourne, dengan catatan Rio mulus dikualifikasi. Jutaan pasang mata akan menyaksikan kiprah Rio melalui layar kaca, sesuatu yang berbeda ketika Ramang cs bertarung, nyaris tiada anak bangsa yg melihat, mereka hanya bisa berimajinasi membayangkan perjuangan Ramang cs. Dan sesuai motto kota Melbourne, "Vires acquirit eundo" yang artinya kita semakin kuat sejalan dgn kemajuan kita, maka sepantasnya bangsa kita mampu melampui pencapaian gemilang di olahraga, seperti kisah klasik Ramang dan format masa depan Rio Haryanto. Mari doakan yang terbaik bagi Rio Haryanto. 

 

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun