Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keberadaan Orang Indonesia di Kawasan Pasifik

5 Oktober 2016   14:19 Diperbarui: 5 Oktober 2016   14:50 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Negara Kawasan Pasifik (foto:Wikipedia.com)

Hanya sedikit yang mengenal negara di kawasan Pasifik (Ocenia) kecuali Australia dan Selandia Baru sampai beberapa hari lalu 6 kepala pemerintahan dari Nauru, Kep. Marshall, Vanuatu, Kep.Solomon, Tuvalu dan Tonga mempersoalkan masalah HAM di Papua Barat. Dan dalam sekejap kita menoleh ke sekumpulan negara di kawasan pasifik yang nyaris terlupakan itu. Pernyataan pedas tersebut dibalas dengan cerdas oleh diplomat muda, Nara Marsita Rahmatia.

Secara geografis kawasan Ocenia terbagi dalam tiga wilayah yaitu Malenesia, Polynesia dan Mikronesia. Sebagian besar wilayah Oseania terdiri dari negara-negara kepulauan yang kecil. Australia adalah satu-satunya negara continental. Negara yang ada di kawasan ini kemudian membentuk organisasi kerjasama yaitu Forum Kepulauan Pasifik (Pasifik Island Forum) merupakan organisasi dengan keanggotaan 16 negara Pasifik, yakni Australia, Cook Islands, Fiji, Kiribati, Marshall Islands, Mikronesia, Nauru, Selandia Baru, Niue, Palau, Papua Nugini, Samoa, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.

Keberadaan orang Indonesia di kawasan Ocenia (Pasifik) telah ada sejak ratusan tahun yang silam. Pada masa lalu ketika batas teritorial belum jelas, berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain adalah lumrah. Laut kemudian menjadi saksi migrasi orang-orang ras Melayu ke negeri sebelah selatan dan timur nusantara. Sebagian mereka datang ke negeri di ocenia melalui perantara bangsa Eropa yang mengirim mereka sebagai pekerja.

Pelaut Makassar di Tanah Arnhem

Jejak kedatangan orang Indonesia di benua Australia dipelopori oleh pelaut Makassar. Di tanah Arnhem mereka berbaur dengan suku Aborigin, kapal Padewekang menjadi saksi hubungan historis antara dua bangsa ini. Para pelaut (nelayan) ini menetap sementara di Australia, mereka mendirikan rumah, menggali sumur dan menanam pohon asam jawa. Pohon asam jawa merupakan salah satu barang yang selalu ikut dalam pelayaran orang Makassar.

Kru pementasan drama "Eyes of Marege" yang terdiri orang Makassar dan Aborigin, sebuah drama tentang perjalanan pelaut Makassar di Australia Utara (foto:http://www.pittwateronlinenews.com/julie-janson)
Kru pementasan drama "Eyes of Marege" yang terdiri orang Makassar dan Aborigin, sebuah drama tentang perjalanan pelaut Makassar di Australia Utara (foto:http://www.pittwateronlinenews.com/julie-janson)
Sebagian kemudian menikah dengan penduduk asli Australia, orang Aborigin dan keturunan mereka masih ada hingga kini di Australia. Orang Makassar pun biasanya mengambil wanita Aborigin sehingga tidak aneh kalau ada orang campuran Aborigin dan Makassar di Australia Utara. Beberapa tahun lalu beberapa utusan warga Aborigin datang ke Makassar untuk mencari moyang mereka, mereka adalah keturunan Makassar yang menetap di Australia Utara.

Pada 1942, beribu orang Indonesia melarikan diri dari Jepang dan mendapat perlindungan dan kependudukan di Australia. Kini, diperkirakan ada sekitar 48 ribu orang Indonesia yang menjadi warga Australia (sensus 2011). Selain di daratan Australia, keturunan Indonesia juga mendiami pulau Natal dan pulau Cocos di Samudera Hindia. Berikut beberapa keturunan Indonesia yang cukup populer di Australia seperti Massimo Luongo (Pesepakbola) yang bermain di Queen Park Rangers, Jessica Mauboy (Penyanyi) yang ayahnya berasal dari Pulau Timor, Nadya Hutagalung dll.

Jejak Tempe di New Caledonia

Tidak banyak yang tahu terdapat ribuan orang Jawa yang tinggal di New Caledonia, sebuah negara di belahan Pasifik terletak di sebelah tenggara atau sekitar 1.210 KM ke arah timur Australia. Negara ini terbilang kecil hanya seluas 18.576 kilometer persegi. Terdapat 7000 orang asli Indonesia yang tinggal di New Caledonia. Sejarah keberadaan orang Jawa dimulai dari tahun 1896 ketika 170 pekerja tiba di pertambangan Nikel dan perkebunan yang merupakan gelombang pertama.

Keturunan Jawa di New Caledonia (Foto:http://citizen6.liputan6.com/)
Keturunan Jawa di New Caledonia (Foto:http://citizen6.liputan6.com/)
Selanjutnya gelombang kedua terjadi sebelum Perang Dunia II, saat New Caledonia sedang mengalami kekurangan tenaga kerja padahal tambang nikel dan produksi kopi sedang meningkat. Pada periode 1933-1939, lebih dari 7.800 datang dengan kontrak selama lima tahun dan dipekerjakan di kawasan perkebunan, pertambangan dan juga rumah tangga. Gelombang ketiga terjadi pada akhir 1969 hingga awal 1970 lebih dari seribu orang Indonesia datang, khususnya untuk membangun jembatan Nera di Cote Ouest, jembatan di Cote Est dan menara St. Quentin di Magenta.

Walau hidup ribuan kilometer dari negeri leluhurnya, budaya dan tradisi Jawa tidak lenyap. Tradisi mitoni, nyelapan, matang puluh, dan nyewu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Kerinduan akan negeri leluhur bisa terobati dengan kumpul bersama di Wisma Indonesia di Noumea, ibukota New Caledonia sambal menyantap makanan khas Indonesia, Nasi, tempe dan Singkong. Beberapa keturunan Jawa yang menjadi orang penting di NC seperti: Roesmaeni Sanmohammad yang menjadi anggota parlemen, Corine Voisin yang sekarang menjabat sebagai Walikota La Foa, salah satu wilayah di Provinsi Selatan dan Mohamed Raden Kasim (alm) yang namanya diabadikan sebagai nama taman didaerah Sixeme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun