Mohon tunggu...
Islah oodi
Islah oodi Mohon Tunggu... Penulis - Wong Ndeso

Penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompetisi Kebenaran Ala "Karepe Dewe"

17 November 2019   19:10 Diperbarui: 17 November 2019   21:37 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Siapa yang tidak ingin dianggap benar? Semua orang ingin berada pada posisi benar dengan berlomba-lomba menyajikan kebenaran. Tak ayal, pada akhirnya kompetisi kebenaran tersebut berjalan saling sikut kanan-kiri. Tak peduli pada kebenaran orang lain, yang penting kebenaranku lah yang harus nangkring nomor satu.Begitulah kita, khususnya saya sendiri. Saat saya ingin menyampaikan sesuatu, saya ingin sesuatu yang ku sampaikan harus diterima oleh orang lain. Dan pendapat orang lain ku anggap sebatas angin masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Saya masih ingat, dulu guru saya menyampaikan maqolah; "barang siapa yang menempatkan diri pada sesuatu yang mencurigakan, maka jangan salahkan orang lain yang berprasangka buruk."

Maksudnya bagaimana? Tentang apapun perspektif orang lain terhadap diri kita. Misal saja, pada malam hari saya mengendap-endap di belakang rumah tetangga, lalu tetangga melihat saya. Pasti dalam hati tetangga akan timbul prasangka "loh ngapain tuh Islah malam-malam pecicilan, jangan-jangan mau maling tuh."

Dugaan orang lain saya mau maling itu tak salah, yang salah malah saya. Karena ku tempatkan diri pada hal yang patut untuk dicurigai.

Begitu pula Islam dewasa ini. Sebenarnya bukan maqam saya untuk berbicara tentang Islam. Siapa saya? Cuma anak desa yang berharap mampu menjadi manusia yang bisa memanusiakan manusia lainnya. Tak lebih. Baik, kita lanjutkan.

Islam adalah agama yang luhur. Semua muslim pasti akan mengimani bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil'alamin (Rahmat bagi seluruh alam). Agama kasih sayang. Yang jadi masalah adalah orang-orang yang mengaku Islam, namun mereka menempatkan diri pada tempat yang menimbulkan sangka Islam yang agama damai menjadi tercoreng. Maka tak heran jika ada statement; islam radikal, islam garis keras dan lain sebagainya.

Alhasil kini sebagian muslim dengan muslim lainnya terasa ada dinding yang menjadikan pemisah, menjadi terpetak-petak, berkufu-kufu dan yang lebih anehnya lagi muslim dengan muslim lainnya menjadi musuh hanya karena berbeda pendapat dan merasa paling benar. Lalu dimana istilah tiap muslim bersaudara?

Tujuan saya menulis tulisan ini tak lain hanya menjadi pengingat--untuk saya pribadi khususnya--agar berintrospeksi diri, benarkah kita telah beragama Islam yang mana Islam sendiri pun adalah Rahmat.

Maka ber-Islam atau menjadi muslim adalah menjadikan diri kita rahmat untuk orang lain. Bukan malah sebaliknya, ngaku Islam namun tak tertanam di dalam diri ruh-ruh ajaran Rahmatan lil'alamin. Sama saja seperti kata orang-orang tua terdahulu, orang Jawa ilang jawane, wong Jawa tapi ora njawani.

Introspeksi diri. Apakah dewasa ini kita telah menjadi pribadi muslim yang Rahmatan lil'alamin? Muslim yang mendatangkan kasih sayang dan kedamaian bagi alam semesta. Tak hanya lilmuslimim (bagi orang-orang muslim), tak hanya liqaumihim (bagi kaumnya). Tapi universal, lil'alamin bagi alam semesta. Apa isi alam semesta? Ya, ada semut hitam bahkan kucing jalanan pun bagian dari alam semesta yang harus kita rahmati jika mengaku sebagai seorang yang beragama Islam.

Orang-orang dahulu selalu mengajarkan tentang angon roso (menggembala rasa), mereka memberikan contoh; kalo dicubit orang lain sakit, ya jangan nyubit orang lain. Dari falsafah sederhana tersebut pun mengandung ajaran kasih, artinya tak boleh menyakiti yang secara tak langsung adalah ajaran rahmat untuk saling mengasihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun