Himbauan Pimpinan Pusat Muhammadiyah lewat Imam Besar [Ketua] Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan himbauan Subbanul Muhammadiyah [ Pemuda Muhamadiyah] kepada warga Muhammadiyah untuk tidak turun gunung merupakan kebijakan pusat yang elegan dan responsif. Namun tidak mengikat warganya dengan harga mati dan harus di patuhi. Karena PP. Muhammadiyah sangat paham dengan dinamika Muslim di Muhammadiyah yang banyak dari berbagai latar belakang bidang pendikan dan intelektual.
Memungkinkan warga Muhammadiyah lebih dewasa dan mafhum memahami himbuan PP. Muhammadiyah bukanlah harga mati yang mengikat dan bersifat doktrin yang wajib taqlid, kalaulah kemudian menjadi keputusan mutlak PP. Muhammadiyah, bukan berarti menjadi standar wajib yang tak boleh di langgar. Alasanya adalah Muhammadiyah adalah GERAKAN DAKWAH MUHAMMADIYAH BERKEMAJUAN, yang menuntut warganya maju berpikir dan bertindak, tanpa meninggalkan norma norma gerakan Dakwah. Sedangkan aksi bela Islam adalah bagian dari norma gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi munkar, merupakan lebih tinggi kedudukannya dari sekedar Himbauan PP. Muhammadiyah, sehingga warga Muhammadiyah sudah pasti masih dalam koridor ketaatan pada Pimpinan Muhammadiyah, bukan sebaliknya.
Karena Muhammadiyah adalah sebuah ormas islam yang amar ma’ruf dan Nahi Munkar. Yang banyak berkembang berupa AUM [ amal Usaha Muhammadiyah ] adalah bersifat Amar ma’ruf dan yang berkembang melalui elemen Pemuda Muhammadiyah melalui KOKAM [ Komando Kawal Al Maidah ] adalah Nahi munkar, menuntut pemimpin yang jahil murakkab lengser dari DKI, karena santunnya umat islam selama ini , tiba tiba sirna setelah di ganti oleh kepemimpinan Ahok yang otoriter dan seolah menindas, terlebih menindas kaum agamis dengan prilaku nista melalu penistaan agama.
Pedri Kasman, Masyhuri Masyhuda adalah dua sosok yang sengaja dilepas oleh Ketua Pemuda Muhammadiyah, Dr. DahniL Anzar Simanjutak Hafidhuhullah [ seorang hafidz Quran ] yang cukup luas pandangannya kedepan, tanpa meninggalkan etika ketaatan pada Imam besar Muhammadiyah , Dr. Haedar Nashir. Di tambah lagi dengan kekuatan Riel Nuafal Duminggo, seorang perwakilan dari PWM DKI, yang berkedudukan di LDK PWM DKI, makin menjadi jelas bahwa gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar lebih seimbang.
Kalau selama ini Muhammadiyah Amar Ma’ruf , itu sudah mencapai puncaknya, dan terlalu marak dan banyak Amal Usaha Muhammadiyah [ AUM ] di seluruh penjuru Indonesia, sedangkan Nahi munkar memang jarang di lakukan oleh Muhammadiyah, sehingga ada tema anti penistaan agama dan perangkatnya, Pemuda Muhammadiyah mengambil bagian turun gunung dengan iniasiatif yang sangat santun menurut tekhnis, sebagai calup yang rapi di Muhammadiyah.
Jadi tak pernah ada tolak belakang di Muhammadiyah dalam paradigmanya menolak penista agama. Muhammadiyah lahir dari sebuah gerakan tajdid terhadap ajaran nenek moyang, lalu melahirkan gagasan anti TBC, dengan mengembalikan ajaran Islam pada ajaran yang murni secara setafet. Kalau Kemudian ada sosok sosok pemuda Muhammadiyah tertarik mengambil inisiatif pergerakan “Nahi Munkar” , hal itu karena Muhammadiyah menuntut bergerak umatnya, sebagai gerakan dakwah yang tak pernah kenal lelah