Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mungkinkah Konflik PDIP vs Demokrat Lahirkan Poros Baru Pilpres?

27 Maret 2018   23:24 Diperbarui: 27 Maret 2018   23:29 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PERNYATAAN mantan Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Setya Novanto di muka persidangan terkait Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung membuat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) belingsatan. 

Partai yang dinahkodai Megawati Soekarnoputri itu sepertinya tidak siap menjadi target tembakan mendadak 'politisi licin' Golkar tersebut. Sebagai partai penguasa mereka terlalu percaya diri, sehingga lupa kalau politik itu tidak mengenal istilah kawan abadi ataupun musuh abadi yang ada hanya kepentingan abadi.

Keteledoran PDI Perjuangan dalam memagari diri dibaca dengan ciamik oleh Setya Novanto. Mantan Ketua DPR RI itu menghitung dengan matang setiap mili kemana arah peluru tembakannya memantul. 

Boleh saja PDI Perjuangan acuh kala nama empat kadernya diduga terlibat dalam proyek elektraonik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP), yakni Olly Dondokambe, Ganjar Pranomo, Yasonna Laoly dan Arief Wibowo. Namun kebakaran jenggot sewaktu nama putri mahkota Puan Maharani turut disebut menerima aliran dana proyek tersebut.

Lucunya, politisi senior sekelas Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, terperangkap 'permainan' Novanto.  Ia dengan lantang mengarahkan 'peluru' kiriman Novanto kepada rezim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Berupaya mematahkan logika publik bahwa proyek tersebut lahir di era Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat. Tak salah kalau kemudian kader-kader puritan Demokrat membela partainya dan SBY.  Mematahkan logika Hasto dengan logika sederhana yang sangat masuk akal, yakni duit tak kenal oposisi.

Tak salah juga kalau kemudian publik berkesimpulan, politisi PDI Perjuangan sengaja memanfaatkan 'tembakan' Novanto untuk memisahkan hubungan yang mulai erat terbangun antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan SBY dan Partai Demokrat. 

Bukan tidak mungkin Jokowi akan memilih putra mahkota Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendampingnya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sedangkan PDI Perjuangan telah menyiapkan putri mahkota Puan Maharani untuk mendampingi Jokowi. Wajar kalau kemudian PDI Perjuangan berupaya sebisa mungkin memisahkan Jokowi dengan SBY dan Partai Demokrat.

Sahwat terpendam PDI Perjuangan tentu sudah terbaca dengan baik oleh politisi Demokrat. Manuver Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjahitan dapat diartikan sebagai langkah perlawanan nyata terhadap PDI Perjuangan. 

Bahkan, mereka siap mendukung calon yang sudah ada maupun yang akan muncul, asalkan semua sevisi. Itu sinyal bahwa Demokrat bisa mendukung Prabowo Subianto ataupun membuat poros baru yang melibatkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Jalan tersebut bisa kandas jika PKB dan PAN yang masuk dalam partai pendukung pemerintah mengeluarkan rekomendasi mendukung Jokowi atau mendukung Prabowo. 

Pertanyaan selanjutnya adalah, kenapa 'Bang Sentov' menembakan peluru ke PDI Perjuangan bukan ke Demokrat ataupun partai lainnya. Penulis melihat Bang Setnov bukan sekadar ingin menjadi  justice collaborator. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun