Seluruh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Negeri Malang mengikuti sesi review intensif bersama dosen penalaran Universitas Negeri Malang pada Rabu, 23 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari proses pendampingan institusi dalam mengawal kesiapan tim pelaksana PKM skema pendanaan 2025, menuju tahapan Penilaian Kemajuan Pelaksanaan PKM (PKP2) dan PIMNAS.
Dalam forum ini, masing-masing tim menerima evaluasi mendalam mulai dari aspek substansi ide, metode pelaksanaan, ketajaman luaran, hingga strategi teknis yang akan ditempuh selama masa pelaksanaan. Salah satu tim yang terlibat aktif dalam sesi tersebut adalah Tim iSee, yang tengah menjalankan program PKM-KI berjudul "Teknologi Wearable Headband Berbasis Deep Learning untuk Obstacle Detection dengan Interactive Voice Guidance guna Membantu Mobilitas Tunanetra".
Dosen penalaran UM menekankan bahwa dalam program PKM, terutama skema Karya Inovatif (PKM-KI), kekuatan ide tidak cukup hanya sebatas gagasan menarik. Tim harus mampu membuktikan unsur kebaruan dan keunggulan produk dibandingkan teknologi serupa yang sudah ada.
"Kreativitas dalam PKM harus bisa dibuktikan. Bandingkan produk kalian dengan teknologi yang sudah ada, lalu tunjukkan di mana letak bedanya. Di situlah letak nilai lebih kalian," terang dosen reviewer dalam sesi diskusi. Â
Selain itu, mahasiswa juga diingatkan untuk menyusun tujuan dan ruang lingkup kegiatan secara spesifik. Problem yang diangkat harus bersumber dari kondisi nyata dan kebutuhan pengguna akhir, bukan sekadar interpretasi tim. Hal ini penting agar produk benar-benar relevan dan aplikatif.Â
Tim iSee menyambut baik semua arahan tersebut dan segera menindaklanjuti melalui diskusi lanjutan bersama dosen pembimbing. Beberapa langkah awal yang dilakukan adalah menyusun ulang skenario uji lapangan, mendefinisikan indikator fungsionalitas produk, serta menajamkan nilai jual dari wearable headband yang dikembangkan.Â
"Sesi ini memberi kami sudut pandang yang lebih strategis dan objektif. Kami jadi tahu apa saja yang perlu dipertajam agar produk ini tidak hanya jadi alat, tapi benar-benar solusi," ungkap Dewi Fatma, Ketua Tim iSee.
Dalam bagian akhir sesi, dosen penalaran UM mengingatkan bahwa keberhasilan PKM tidak ditentukan oleh seberapa rumit teknologinya, tetapi oleh ketepatan solusi terhadap permasalahan, kejelasan luaran, dan ketegasan pelaksanaan program.
Seluruh tim dihimbau untuk: