Di tengah kepungan berbagai merek asing, Aspira merupakan salah satu pemain besar dalam kategori industri onderdil dan spare part untuk kendaraan sepeda motor ataupun mobil. Di tengah persaingan pangsa pasar industri spare part otomotif, Aspira menguasai jaringan distribusi nasional, mulai dari kabupaten hingga kota kecil. Di perebutan pangsa pasar spare part, kualitas Aspira tidak kalah dibandingkan genuine spare part standar global.
Bagaimana sukses Aspira dapat diraih? Salah satu kunci keberhasilannya adalah value innovation. Prinsipnya adalah more for less. Artinya, pelanggan mendapatkan kualitas bagus (more) dengan harga terjangkau (less). Di samping value innovation, yang menjadi kesuksesan Aspira pun tidak lepas dari kekuatan penguasaan jaringan distribusi pasar sukucadang dan onderdil motor atau mobil di Indonesia, mulai dari tingkat kabupaten hingga kota kecil, melalui channel Shop & Drive.
Dengan modal kekuatan value innovation dan jaringan distribusi yang kuat, maka sesungguhnya Aspira sedang membangun kekuatan agar dapat bersaing dengan pemain-pemain sukucadang otomotif global di pasar otomotif Indonesia. Dengan kualitas yang tidak kalah dari berbagai pemain global, Aspira telah menjadi produk kebanggaan masyarakat Indonesia. Kita pun bangga punya produk nasioal yang mampu melawan kekuatan dominasi pemain asing di Indonesia. Saya bangga Aspira.
Sebagai pemain lokal, maka produk sukucadang Aspira layak direkomendasikan kepada pengguna kendaraan roda dua atau roda empat agar digunakan. Sebab, Aspira adalah aset produk nasional. Mengapa demikian? Karena ia adalah produk lokal, maka membeli Aspira sama dengan memperkuat nilai rupiah. Sementara jika konsumen membeli produk sukucadang asing, maka ini hanya memperlemah nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Dengan demikian, Aspira memiliki peran strategis dalam berkontribusi terhadap bangsa Indonesia.
Nasionalisme Konsumen
Saat ini, industri otomotif tengah berkembang maju pesat. Pertumbuhan kepemlikan jumlah kendaraan semakin meningkat. Infrastruktur jalan raya pun mengalami bottleneck, karena sudah tidak sanggup menampung jumlah kendaraan. Pada tahun 2012, jumlah sepeda motor mencapai 77,7 juta unit, sementara jumlah mobil mencapai 9,5 juta unit. Jumlah yang luar biasa besar itu membutuhkan after sales service yang bagus, termasuk dalam penyediaan sukucadang. Karena itu, ini adalah peluang besar bagi industri penyediaan sukucadang ataupun onderdil.
Namun sayangnya, peluang akan kebutuhan after sales service yang besar itu masih didominasi oleh para pemain asing. Industri otomotif asing masih menguasai industri otomotif, mulai dari hulu hingga hilir. Dengan kata lain, tumbuhnya pasar otomotif Indonesia, hanya menguntungkan para pemain asing semata.
Untuk itu, dengan misi menjadi tuan rumah di negeri sendiri, maka pemain industri sukucadang di Indonesia perlu membangun semangat nasionalisme pada konsumen. Saya sebut sebagai nasionalisme konsumen. Nasionalisme konsumen adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh konsumen untuk mengonsumsi barang-barang buatan negeri sendiri.
Kesuksesan industri otomotif Jepang, Korea Selatan, China, dan lainnya adalah kesuksesan ditanamkannya nasionalisme pada konsumen. Dengan nasionalisme konsumen, maka konsumen memilih indegenous brand daripada global brand. Orang Korea Selata lebih memilih Hyundai daripada Toyota. Alasannya adalah karena mereka bangga dengan mengonsumsi barang buatan negaranya sendiri. Dengan mengonsumsi barang asal negeri sendiri, maka hal ini dikatakan sebagai kontribusi konsumen untuk negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H