Mohon tunggu...
Irwan Roysuny
Irwan Roysuny Mohon Tunggu... Mahasiswa

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Kembali Ke Akar: KKN Mandiri di Desa Lidung, Mengukir Jejak dan Merajut asa"

20 Agustus 2025   11:40 Diperbarui: 27 Agustus 2025   17:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu Pertama: Menjejak Kembali Tanah Kelahiran
Hari-hari awal terasa penuh haru. Datang ke Desa Lidung sebagai mahasiswa yang melaksanakan KKN Mandiri menghadirkan rasa bangga sekaligus tanggung jawab. Suasana desa yang sudah akrab sejak kecil kini terasa berbeda, karena kedatangan kali ini bukan sekadar pulang, tetapi membawa misi belajar dan mengabdi. Minggu pertama banyak dihabiskan untuk beradaptasi, menyapa perangkat desa, tokoh masyarakat, dan warga sekitar. Sosialisasi program KKN dilakukan sederhana, namun penuh semangat. Ada rasa hangat ketika melihat senyum warga yang antusias menerima keberadaan mahasiswa, apalagi karena aku sendiri berasal dari desa ini.

Rapat Bulanan
Rapat Bulanan

Minggu Kedua: Menyusun Jejak Program
Memasuki minggu kedua, langkah mulai lebih terarah. Bersama aparatur desa, aku mendiskusikan program apa saja yang realistis dijalankan. Fokus utama diarahkan pada pendampingan administrasi desa, literasi digital sederhana untuk aparat dan warga, serta kegiatan pemberdayaan berbasis potensi lokal. Hari-hari terasa padat, berpindah dari kantor desa ke rumah warga untuk menggali aspirasi dan masukan. Walau ada kendala teknis, semangat gotong royong membuat semua terasa lebih ringan.

Kegiatan Minggu ke Tiga
Kegiatan Minggu ke Tiga

Minggu Ketiga: Menggali Potensi, Menyatu dengan Warga
Minggu ini aku benar-benar membaur dengan kehidupan desa. Pagi diisi dengan membantu administrasi desa, siang ikut gotong royong bersama warga membersihkan jalan, dan malam hari berdiskusi dengan masyarakat desa tentang ide-ide kecil yang bisa dilakukan. Potensi desa di bidang pertanian dan hasil bumi mulai tergambar lebih jelas. Aku juga mulai mengumpulkan data yang nantinya bisa jadi bahan laporan sekaligus masukan bagi desa. Kebersamaan dengan warga membuat lelah terbayar dengan tawa, cerita, dan keakraban.

Pembuatan surat dan pengecekan data 
Pembuatan surat dan pengecekan data 

Minggu Keempat: Mengevaluasi Digitalisasi Desa
Minggu keempat menjadi masa yang sangat penting karena program digitalisasi desa yang sebelumnya telah dijalankan oleh aparat desa mulai terlihat hasilnya. Tugas utamaku di minggu ini bukan lagi memperkenalkan, melainkan mengecek, pembuatan surat dan memberi masukan terhadap aplikasi yang sudah dipakai.

Aku mengamati bagaimana perangkat desa menggunakan aplikasi untuk mengelola data kependudukan, administrasi surat, hingga arsip penting. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa sebagian fitur sudah berjalan baik, misalnya pembuatan surat keterangan yang lebih cepat karena hanya perlu mengisi data di sistem. Namun ada juga beberapa kekurangan yang kutemukan, seperti data yang belum sinkron antarbagian, tampilan antarmuka yang kadang membingungkan, dan kebutuhan pelatihan lanjutan agar perangkat desa bisa lebih percaya diri mengoperasikannya.

Setiap hari aku duduk bersama perangkat desa, mencatat kendala apa saja yang mereka hadapi. Ada yang masih kesulitan mencari data lama, ada pula yang bingung jika sistem tiba-tiba mengalami error. Dari situ aku membuat catatan evaluasi untuk kemudian kuberikan sebagai masukan. Aku sadar, digitalisasi bukan hanya soal aplikasi yang canggih, tetapi juga soal kesiapan sumber daya manusia yang menggunakannya.

Minggu keempat ini mengajarkanku arti penting keberlanjutan. Program digitalisasi desa sudah ada, namun tetap perlu pendampingan agar benar-benar bisa dimanfaatkan maksimal. Peranku hanyalah melengkapi dengan memberikan saran-saran kecil yang bisa membantu perangkat desa lebih lancar menjalankannya.

Kegiatan minggu ke lima
Kegiatan minggu ke lima

Minggu Kelima: Menjalin Asa dan Kolaborasi
Memasuki minggu kelima, suasana desa terasa semakin akrab. Jika pada minggu-minggu sebelumnya aku lebih banyak mendampingi aparat desa dan memberi masukan terkait program digitalisasi, kali ini fokusku lebih banyak bersama warga, terutama ibu-ibu PKK. peran ibu-ibu PKK begitu besar dalam menggerakkan kehidupan desa, bukan hanya dalam urusan rumah tangga, tetapi juga sebagai motor penggerak kegiatan sosial dan ekonomi. Maka, aku berinisiatif untuk mendukung mereka.

Hari-hari pertama minggu kelima kegiatan menanam jagung dilakukan secara gotong royong. Pagi itu, matahari bersinar cerah ketika warga desa dan pemuda/i, turun ke lahan menanam bibit jagung. Aku ikut serta, merasakan keringat bercampur tanah di tangan. Ada rasa haru melihat bagaimana gotong royong masih begitu kuat di desa ini. Tidak ada yang merasa bekerja sendiri, semua saling bantu. Ibu-ibu menyiapkan makanan ringan untuk para pekerja, sementara anak-anak berlarian riang di sekitar lahan. Suasana penuh tawa membuat kerja terasa lebih ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun