Hattrick adalah istilah yang lazim dalam pertandingan sepak bola ketika seorang pemain mampu mencetak tiga gol ke gawang lawan dalam satu pertandingan.
Mungkin tidak begitu pas bila istilah hattrick dibawakan ke bidang politik. Tapi, inilah istilah yang dipakai beberapa media dalam menggambarkan upaya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk kembali menang pada Pemilu 2024 mendatang.
Justru, media menuliskan dari apa yang dikatakan oleh para petinggi PDIP. "Kita punya banyak cara untuk hattrick," ujar Bambang Wuryanto (Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP) mengutip ucapan Ketua Umum PDIP Megawati (tirto.id, 18/7/2022).
Bukankah kalau hal itu terwujud, PDIP berhasil mencetak hattrick alias tiga kali berturut-turut tampil sebagai partai yang paling banyak mendapat suara?
Seperti diketahui, pada Pemilu 2014 dan 2019, PDIP tampil sebagai pemenang, masing-masing memperoleh 18,96 persen dan 19,33 persen suara.
Tapi, rekor perolehan suara PDIP sebetulnya terjadi pada pemilu pertama di era reformasi, yakni pada 1999. Ketika itu, PDIP memuncaki pemilu legislatif dengan perolehan 33,75 persen suara.
Sayangnya, pada pemilu 2004 suara PDIP turun menjadi 18,53 persen dan lebih jeblok lagi pada 2009 dengan 14,01 persen suara.Â
Partai Golkar menjadi yang terbanyak peolehan suaranya pada Pemilu 2004, sedangkan PDIP berada pada peringkat kedua.
Pada Pemilu 2009, giliran Partai Demokrat yang menjadi pemuncak, diikuti oleh Golkar. PDIP sendiri turun lagi ke peringkat ketiga.
Nah, kira-kira apa strategi PDIP untuk mampu mencetak hattrick? Soalnya, Presiden Joko Widodo yang pada 2 pemilu sebelumnya menjadi pendongkrak suara PDIP, pada 2024 sudah tidak bisa menjadi capres lagi.
Pada 2014 dan 2019, PDIP beruntung punya seorang Joko Widodo. Banyak pemilih Joko Widodo meskipun bukan pemilih PDIP.Â