Saya berandai-andai, mungkinkah selama dua minggu secara serentak di seluruh tanah air semua orang diwajibkan di rumah saja, seperti saat "Nyepi" di Bali? Kalau mungkin, umumkan jauh-jauh hari, agar semua orang siap dengan logistiknya. Kelompok tidak mampu diberikan dulu bahan makanan, agar tidak kelaparan nantinya.
Sementara itu, menyongsong tahun baru yang sudah di depan mata, sebagian masyarakat mulai percaya diri, karena adanya berita akan dibagikannya vaksin gratis. Vaksin telah memberikan harapan baru, tapi sebaiknya kita tidak larut dalam euforia.
Kita yakin "badai pasti berlalu", tapi entah kapan? Sangat mungkin belum di tahun depan, meskipun telah diberikan vaksin. Apalagi di belahan dunia lain, ditemukan lagi mutasi virus corona yang lebih dahsyat daya tularnya.Â
Tahun 2020 adalah tahun yang berat, meskipun kalau mau diambil hikmahnya, banyak hal yang menjadi pelajaran berharga. Tahun 2021 ada harapan, tapi jelas bukan jaminan.
Berita Kompas (30/12/2020), masih menambah cemas. Jumlah pasien Covid-19 diperkirakan akan melebihi kapasitas  tenaga dan fasilitas kesehatan. Selain itu, secara terpisah, ada hal positif, diberitakan 181 juta penduduk Indonesia akan menjadi sasaran target vaksinasi Covid-19.
Tanpa pesta kembang api, tanpa goyangan musik dangdut di panggung terbuka atau hingar bingar musik dugem di diskotik, bahkan juga tanpa zikir bersama di masjid, kita sambut tahun 2021 dengan penuh kewaspadaan. Mematuhi protokol kesehatan merupakan cara terbaik tanpa lengah sedikitpun, karena tahun depan badai (belum) pasti berlalu.Â
Sambil berharap yang terbaik, namun juga harus siap menghadapi yang terburuk, kepada semua pembaca, saya sampaikan "Selamat Tahun Baru 2021".
