Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dicari Sekaligus Dibenci, Mari Berdamai dengan Iklan di Media Daring

18 November 2019   07:56 Diperbarui: 18 November 2019   07:57 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sering kesal kalau lagi membaca berita di media daring. Saat saya mengklik berita lanjutan, eh yang nongol iklan. Saya ulangi lagi dengan mengklik di tempat yang betul, tetap saja yang muncul iklan.

Iklan tersebut ada yang muncul di bagian paling atas dalam ukuran besar, menutup judul dan alinea pertama berita. Memang ada tulisan untuk men-scroll bila tidak ingin membaca iklan. Tapi begitu di-scroll, iklannya kokoh tidak bergerak.

Ribetnya, seperti sudah menjadi standar dalam berita daring, untuk berita yang sebetulnya relatif pendek, sengaja dipenggal jadi beberapa halaman. Setiap berpindah halaman, itu berarti pembaca harus ikhlas melihat iklan lagi.

Ada pula iklan berupa video yang muncul di berbagai sudut dengan tombol untuk mengklik agar iklan bisa hilang setelah lima detik. Pokoknya kenyamanan pembaca betul-betul diganggu oleh iklan.

Sangat berbeda dengan iklan di media arus utama. Di koran atau majalah misalnya, pembaca sama sekali tidak terganggu. Bahkan tidak sedikit iklan yang mencuri perhatian, sehingga berhasil menahan keinginan pembaca agar tidak buru-buru berpindah halaman.

Begitu pula iklan di televisi. Kalau pemirsa merasa terganggu, tinggal ganti saluran saja. Ternyata saluran lain juga lagi iklan. Eh rupanya sebagian iklan televisi menarik juga, karena tidak langsung ngomong produk.

Sebagai contoh, ada iklan teh celup, yang intronya adalah pertemuan dua keluarga yang akan berbesanan. Awalnya mereka bertengkar saat membahas adat mana yang akan dipakai untuk acara resepsi pernikahan anak-anak mereka.

Tapi begitu ada yang menghidangkan secangkir teh bagi masing-masingnya, semua jadi mampu berpikir jernih tanpa bertengkar lagi.

Jadi, di media konvensional, sangat jelas pemisahan iklan dengan tayangan berita atau acara lainnya. Sehingga tidak terlihat ada unsur pemaksaan bagi pembaca atau pemirsa untuk memperhatikan iklan.

Berbeda dengan iklan di media daring yang menyatu dengan konten berita atau konten lainnya. Tidak berlebihan bila ada yang merasa dipaksa untuk memperhatikan iklan. 

Bahkan ada yang merasa diteror, mungkin saking jengkelnya. Memang ada tanda silang untuk menutup iklan. Tapi tanda silang yang kecil itu tidak gampang ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun