Pensiunan adalah masa yang disikapi secara beragam tergantung karakter seseorang dan juga kondisi ekonominya. Orang yang memang punya karakter gigih dalam bekerja, apalagi misalnya uang pensiun yang diterimanya dirasa kurang memadai, besar kemungkinan akan tetap mencari pekerjaan atau berwirausaha.
Kalau begitu, tentu pensiunan yang dari dulu sudah bekerja di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, akan tetap di sana, karena tersedia peluang yang relatif banyak untuk bekerja lagi, termasuk peluang membuka usaha baru. Atau bila dulu ia bekerja di kota lain, bisa juga memilih kota tempat ia terakhir bertugas, dengan catatan memiliki jaringan pertemanan dengan orang-orang yang bisa membantunya bekerja lagi atau berusaha.
Tapi harus diakui, para pensiunan sebetulnya kodratnya adalah untuk menikmati kehidupan, tidak lagi memburu uang atau mengejar karier. Kalaupun mereka beraktivitas, sifatnya lebih banyak ke hal-hal yang berbau sosial, ibadah, dan rekreasi. Tentu mereka perlu pula mencari keringat agar tetap sehat.
Nah, bagi yang ingin menikmati masa pensiun secara nyaman, biasanya memilih kota yang tidak terlalu ramai dan bising sebagai tempat domisili. Biaya hidup yang rendah di suatu kota serta fasilitas rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang tersedia, ikut menjadi pertimbangan. Tentu tingkat ketenangan dalam arti tidak bising, tidak banyak sumber polusi, ikut pula diperhitungkan.
Sebuah situs, aturduit.com (3/1/2018) berdasarkan indikator di atas, merekomendasikan 5 kota ternyaman dan terhemat di Indonesia, yakni Sibolga di Sumatera Utara, Banyuwangi dan Malang (Jawa Timur), Solo (Jawa Tengah) dan Singaraja (Bali).Â
Tampaknya faktor keterjangkauan dari kota provinsi terdekat, lupa diperhitungkan. Mungkin untuk Malang dan Solo, relatif mudah terjangkau dari kota provinsi terdekat, meskipun agak macet, tapi untuk Sibolga relatif jauh dari Medan, harus pakai pesawat yang frekuensi penerbangannya juga tidak banyak.
Dari pengalaman saya mengamati teman-teman kerja di sebuah BUMN yang punya puluhan ribu pegawai, untuk pegawai yang saat pensiun masih berstatus pegawai biasa, atau kalaupun punya jabatan, baru sebagai kepala seksi, rata-rata akan menikmati pensiun di kota terakhir mereka bertugas atau di kota asalnya, baik di kampung si pensiunan itu sendiri atau kampung pasangannya (istri atau suami).
Sedangkan bagi mereka yang finish dengan jabatan yang lumayan, minimal kepala bagian, barulah mempertimbangkan alternatif selain kota asal atau kota tempat penugasan terakhir. Nah, untuk golongan seperti ini, indikator di atas tampaknya relevan.
Kebanyakan para pejabat tersebut, selama berkarier telah mengalami beberapa kali pindah kota. Bila ia merasa sangat nyaman di satu kota, maka ia akan membeli atau membangun rumah di kota tersebut. Sehingga banyak mereka yang pernah bertugas di Yogyakarta, Solo, Magelang, Malang, Jember, Purwokerto, Tasikmalaya, Bogor, tetarik untuk menghabiskan sisa umur di kota-kota tersebut.
Bahkan banyak pula memilih kota yang lebih kecil lagi, biasanya berhawa sejuk seperti Temanggung, Wonosobo, Salatiga atau kota lain yang bertipikal begitu, karena kepincut dengan ketenangannya.Â
Bila ada yang lebih memilih kota Surabaya atau Semarang yang sudah tergolong metropolitan, biasanya karena ada peluang bisnis di sana, atau karena salah satu anaknya kuliah dan setelah itu bekerja di kota itu. Soalnya, ada pensiunan yang ingin tetap dekat dengan anak-anaknya, satu kota meskipun berbeda rumah.