Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Dancing In The Rain", Film Keluarga yang Inspiratif

1 November 2018   05:39 Diperbarui: 1 November 2018   21:32 1827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan di film Dancing in the Rain (dok. tribunnews.com)

Dancing in the Rain (selanjutnya ditulis DITR) adalah sebuah film nasional yang dirilis sejak tanggal 18 Oktober 2018 yang lalu. Momennya tepat beberapa hari setelah Indonesia sukses menyelenggarakan Asian Para Games 2018.

Seperti atlet yang bertarung di Asian Para Games yang mampu menginspirasi masyarakat sekaligus menyadarkan bahwa julukan orang cacat, abnormal, atau yang sejenis itu yang selama ini sering kita dengar, sangat tidak tepat. Lebih tepat disebut sebagai orang yang punya kemampuan berbeda atau berkebutuhan khusus, yang diperlakukan setara dengan warga lainnya.

Nah film DITR pun juga sangat inspiratif dengan mengangkat perjuangan seorang anak penyandang spektrum autis. Dalam kehidupan sehari-sehari terutama di perkotaan, anak autis terlihat semakin banyak, sehingga film tersebut bermanfaat untuk para penonton agar bisa menghargai anak seperti itu.

Di tengah maraknya film nasional bertema horor, kehadiran DITR pantas diapresiasi. Sampai hari Rabu (31/10) film ini masih diputar di sejumlah bioskop ibukota. Artinya, meski tidak meledak, namun juga tidak jeblok. 

Film nasional yang jeblok, paling lama cuma bertahan satu minggu saja, itupun di hari-hari terakhir pengelola bioskop di Jakarta hanya menyisakan satu atau dua bioskop yang berbaik hati memutarnya. Memang hikum bisnis perbioskopan di negara kurang tegas keberpihakannya pada industri film dalam negeri.

Baik, film DITR mengisahkan kehidupan seorang Banyu (saat kecil diperankan oleh Gilang Olivier dan ketika berusia sekitar 20 tahun diperankan oleh Dimas Anggara) yang diasuh oleh neneknya, Eyang Uti (diperankan Christine Hakim) dengan penuh kasih sayang.

Adapun orang tua Banyu tidak pernah muncul sepanjang film. Tapi dari penuturan Eyang Uti diketahui bahwa Banyu adalah anak yang  tidak diharapkan ibunya, karena tidak siap menerima kondisi Banyu yang berkebutuhan khusus itu.

Bagi penonton yang sensitif, gampang hanyut dengan cerita film, harap membawa tisu atau sapu tangan, karena begitu banyak adegan yang memeras air mata selama 101 menit durasi film DITR.

Banyu sering di-bully oleh teman sekolahnya. Namun ternyata ada seorang anak, Radin (versi anak-anak diperankan dan Joshua Rundengan dan versi dewasa oleh Dave Mahenra) yang dengan ikhlas berteman dengan Banyu. 

Kemudian ada satu lagi temannya seorang wanita, Kinara (versi anak-anak diperankan oleh Greecella Adillia dan versi dewasa oleh Bunga Zainal), yang secara fisik terlihat oke, tapi punya penyakit yang menyerang selaput otak, hingga tiap hari harus minum obat. 

Mereka bertiga amat kompak sampai dewasa. Tingkah Banyu sejak anak-anak yang suka bermain dalam hujan, diikuti oleh 2 temannya itu. Inilah yang diangkat jadi judul film. Radin bertindak sebagai pelindung bila ada orang lain yang mem-bully Banyu dan Kinara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun