Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Meski Laba Bank Masih Bagus, Ada Indikasi Akan Tergerus

26 Oktober 2018   17:30 Diperbarui: 29 Oktober 2018   06:48 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Direksi sebuah bank BUMN saat jumpa pers (dok. economiczone.id)

Sesuai aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank-bank di negara kita wajib mempublikasikan laporan keuangannya setiap 3 bulan. Selama bulan Oktober ini, banyak bank yang telah mempublikasikan laporan keuangannya posisi akhir triwulan 3, 2018. 

Publikasi tersebut berupa iklan di media cetak, biasanya dalam format satu halaman penuh, karena ada banyak jenis laporan beserta rincian angka-angkanya.

Tapi bagi pembaca yang ingin mengetahui kesimpulan atau hal-hal penting dari laporan tersebut, cukup membaca berita hasil liputan wartawan atas jumpa pers yang diadakan bank. 

Lazimnya pada koran umum, berita seperti itu ditaruh di halaman ekonomi, atau bisa juga dilacak di koran yang memang spesialis di bidang ekonomi (Kontan, Bisnis Indonesia, Investor Daily, dan sebagainya).

Jangan heran, direksi bank suka mejeng saat sesi foto pada jumpa pers yang diadakannya, dengan harapan wajah para eksekutif tersebut terpampang di koran atau ditayangkan oleh stasiun televisi. 

Nah, kondisi perekonomian Indonesia pada triwulan 3 tahun ini memang lagi mendapat cobaan yang lumayan berat. Indikator utamanya adalah pelemahan rupiah terhadap mata uang asing yang saat ini sudah di atas Rp 15.000 untuk setiap 1 dollar Amerika Serikat. Harga saham dan obligasi yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), juga mengalami penurunan yang signifikan.

Untuk mengatasi pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) telah beberapa kali menaikkan suku bunga acuan, yang tentu juga dikuti oleh kenaikan suku bunga deposito di bank-bank nasional, agar mereka yang berduit tetap tertarik menyimpan uangnya di bank dalam negeri. Ini berarti beban bank semakin berat untuk memberi imbalan kepada pemilik dana tersebut.

Di tengah kondisi seperti itu, ternyata belum berimbas pada perbankan nasional. Padahal logikanya, di samping bank tertekan oleh kenaikan bunga deposito, juga akan tertekan oleh peningkatan kredit macet dari tunggakan cicilan perusahaan yang meminjam ke bank, karena kesulitan akibat gejolak ekonomi. Tentu ujung-ujungnya laba yang diperoleh bank akan menurun.

Tapi mari kita simak data berikut ini yang ternyata berbicara lain. Sampai 30 September 2018, BRI tetap berhasil mempertahankan predikat sebagai bank dengan perolehan laba terbesar se Indonesia. Laba BRI tercatat Rp 23,5 triliun, naik 14,6% dibanding laba tahun lalu, September 2017. 

Peringkat berikutnya ditempati oleh Bank Mandiri dengan laba Rp 18,7 triliun, meningkat 19,9% ketimbang September 2017. Kemudian diikuti BCA dengan laba Rp 18,5 triliun, meningkat 10,1% dibandingkan laba yang diraih setahun sebelumnya. Setelah itu BNI dengan laba Rp 11,4 triliun atau meningkat 11,8% dari kondisi tahun lalu. 

Itulah kinerja 4 bank terbesar di negara kita, yang market share-nya sangat besar dalam peta perbankan nasional. Artinya, apa yang terjadi pada 4 bank tersebut akan sangat mewarnai perbankan Indonesia secara keseluruhan, sekaligus juga mewarnai perekonomian negara kita, karena punya puluhan juta nasabah, baik sebagai peminjam maupun penyimpan dana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun