Mohon tunggu...
Irwan P. Ratu Bangsawan
Irwan P. Ratu Bangsawan Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rutinitas Puasa

8 Juni 2016   08:48 Diperbarui: 8 Juni 2016   08:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ramadhan datang lagi. Artinya puasa pun dilaksanakan sebulan penuh lagi. Dalam sejarah agama-agama samawi, puasa telah lama disyariatkan Allah. Mulai dari umat rasul-rasul Allah yang paling awal hingga ke Rasulullah Muhammad SAW. Tujuannya Cuma satu, yaitu agar umat manusia bertakwa sebagaimana difirmankan Allah Swt dalam surah Al Baqoroh ayat 18:

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Puasa adalah kewajiban. Itu sudah pasti. Tapi, bagaimana dengan kita? Benarkan puasa masih terasa sebagai sebuah syariat yang diberikan Allah kepada umat manusia. Masihkan puasa terasa indah seperti saat kita masih kanak-kanak dahulu?

Puasa Ramadhan, sepertinya (sekali lagi se-per-ti-nya), telah menjadi rutinitas tahunan kaum muslim. Puasa menjadi kehilangan ruh. Puasa sebatas menahan haus dan dahaga belaka. Lho, kok serius bener ini? Ya nggak apa-apa. Sekali-kali ngomong yang serius atau pun yang agak serius dan dengan bahasa yang juga agak berat dan serius, kan nggak apa-apa. Maksud saya sih, puasa bukan sesuatu yang main-main. Jadi harus serius membahasnya. Iya, kan?

Nah, kalau puasa sudah dianggap sebagai rutinitas tahunan, maka puasa sebagai wahana menuju ketakwaan menjadi sia-sia. Apakah mungkin ketakwaan dapat dibangun di atas fondasi rutinitas? Puasa baru dapat dikategorikan sebagai wahana menuju ketakwaan, jika kaum muslimin menjalankan puasa karena kecintaan dan patuh pada Allah dan bukan karena sejak kecil kita telah berpuasa ..... berpuasa ..... dan berpuasa.

Selanjutnya? Terserah Anda!!! Nah, lo (***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun