Mohon tunggu...
Irwan Rusdy Keliata
Irwan Rusdy Keliata Mohon Tunggu... Guru - #bukan siapa-siapa

Menulis itu, seperti berbicara diatas tulisan. dapat berekspresi bebas sesuai yang dipikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammad SAW : "Anak 2 Orang di Sembelih"

11 Juli 2020   08:55 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:49 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Muhammad SAW lahir pada Senin pagi, 9 Rabi'ul Awwal, di tengah keluarga Bani Hasyim di Mekkah,  pada permulaan peristiwa gajah. Sejak rasulullah dilahirkan Ia telah ditinggal meninggal ayahnya, Abdullah. Saat itu kakeknya Abdul Muthalib mengutus ayahnya pergi ke Madinah untuk mengurus kurma. tidak lama sesampainya disana ayahnya meninggal dan di kuburkan di Darun Nabighah Al-ja'di, (Madinah) pada usia 25 tahun. Mayoritas pakar sejarah menyebutkan Abdullah meninggal sebelum Nabi dilahirkan, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa dua bulan sesudah Nabi dilahirkan. Setelah ia tumbuh besar ditengah keluarga Abu kabsyah dari Bani Sa'ad Bin Bakar hingga berumur lima tahun ia dikembalikan oleh Halimah, istri Abu Kabsyah kepada ibundanya, Aminah, karena Halimah khawatir dengan keselematanya atas peristwa pembelahan dada Nabi SAW. Setahun setelah Nabi SAW kembali ke pangukan ibunda tercinta, Aminah. ia merasa perlu berziarah ke makam suaminya di Madinah. ia melakukan perjalan ke Madinah bersama Putranya, Nabi SAW, serta pembantunya, Ummu Aiman dan rombongan lainnya. Di tengah perjalanan pulang ke Mekkah ibundanya jatuh sakit, meninggal dunia dan dikuburkan di Abwa', terletak pertengahan antara Mekkah dan Madinah.

Nabi Muhammad SAW tumbuh menjadi anak yatim pada saat usia masih beranjak baligh. Sebelum akhirnya dirawat oleh pamanya, Abu Thalib ia juga sempat dirawat oleh kakeknya, Abdul Muthalib sampai dengan usia delapan tahun. Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW Bersabda;  "Aku adalah anak dua orang yang disembelih" (Sirah Ibnu Hisyam, 1/151 -- 155) maksudnya Adalah nabi Ismail AS yang hampir disembelih oleh nabi Ibrahim AS, dan Abdullah yang hampir disembelih oleh Abdul Muthalib. Oleh para ulama, hadits ini masih diperselisihkan kesahihanya. Namun, kandungan hadist ini masih sejalan dengan riwayat-riwayat lain yang menceritakan peristiwa penyembelihan Abdullah oleh Abdul Muthalib.

Para pakar sirah (Ahlus syiar wal Ansab) sepakati bahwa nasab Nabi SAW yaitu hingga kepada Adnan, namun nasab antara Adnan sampai kepada Ibrahim AS masih dipersilisihkan antara mengambil sikap diam dan tidak berkomentar dengan berpendapat denganya. Dalam hadits dari watsilah bin Al-asqa' radiallahu'anhu, Nabi SAW bersabda; "sesungguhnya Allah memilih bani Kinanah di kalangan keturunan ismail. Lalu Allah memilih quraisy di kalangan bani kinanah. Lalu Allah memilih bani Hasyim dari kalangan Qurasiy  dan Allah memilihku dari kalangan bani Hasyim. (HR. Muslim II/245, At-Tirmidzi II/201). Ini menjadi pembenaran bahwa Nabi Muhammad SAW, adalah keturunan 2 manusia yang berencana akan disembelih, Ismail AS dan Ayahnya, Abdullah. Sehingga dijuluki keturunan 2 orang yang disembelih (Ibnu Dzabihain).

Peristiwa rencana penyembelihan Abdullah berawal dari Nazar yang dilakukan Abdul Muthalib. Ketika Abdul Muthalib menggali sumur zam-zam, banyak suku Quraisy yang ingin merebut darinya atau meminta agar sumur zam-zam dimiliki bersama. Karena pada saat itu tidak ada satupun sumber air di Mekkah, untuk kebutuhan air sehari-hari mereka mengambilnya dari luar. Permintaan itu ditolak oleh abdul muthalib. Sementara ia tidak memiliki banyak keturunan laki-laki. Dari hal itu ia bernadzar, jika ia memiliki 10 Anak laki-laki maka akan disembelihnya satu. Dengan harapan, ketika anaknya banyak, ia bisa leluasa mengusai sumur zam-zam. Budaya masyarakat Jahiliyyah, memiliki banyak anak laki-laki adalah sebuah kebanggan dalam keluarga sedangkan anak perempuan adalah sebuah aib, sehingga untuk menghilangkan aib itu, mereka menguburkan bayi perempuan mereka hidup-hidup.

Ketika Abdul muthalib telah memiliki sepuluh orang Anak laki-laki. Ia pun melaksanakan nadzarnya itu, Ia memanggil ke sepuluh anaknya dan memberitahu terkait nadzarnya tersebut. Semua anak patuh dan menuruti apa yang dikatakan oleh Abdul Muthalib "apa yang semestinya kami lakukan" abdul muthalib berkata "setiap orang dari kalian mengambil satu dadu lalu menulis namanya diatasnya, lalu tunjukan hasilnya padaku". Tradisi penduduk Jahilia saat itu, menggantungkan segala perkara pada hasil dadu yang muncul. Abdul Muthalib membawa kesepuluh anak laki-lakinya ke Patung Hubal didalam Ka'bah. Patung Hubal terletak diatas sumur didalam kabah. Sumur tersebut adalah tempat dikumpulnya barang-barang yang mereka persembahkan untuk Ka'bah.

Abdul muthalib berkata "undilah anak-anakku sesuai dengan dadu mereka".

Abdul Muthalib menjelaskan kepada penjaga dadu tentang nadzarnya, kemudian penjaga dadu memberikan dadu kepada setiap anak berdasarkan nama yang ada didalamnya. Abdullah adalah anak terakhir (bungsu) dari Abdul muthalib. Menurut sebagian pakar menyatakan bahwa Abdullah adalah anak yang paling dicintai Abdul Muthalib.

Saat dadu tersebut di undi oleh penjaga dadu, Abdul Muthalib berdiri disisi hubail sambil berdoa kepada Allah, berharap jika ternyata dadu mengenai padanya maka ia akan disisakan. Maksudnya adalah Abdullah. Namun dadu yang keluar adalah atas nama Abdullah. Abdul Muthalib memanggil Abdullah, membawanya ke patung Isaf dan Nilah sambil memegang sebilah pedang yang akan digunakan untuk menyembelih Abdullah. Ketika melihat hal itu, orang-orang Quraisy beranjak dari balai pertemuan mereka dan datang menghampiri  Abdul Muthalib.

Mereka berkata "Apa yang engkau mau wahai Abdul Muthalib?"

Abdul Muthalib menjawab "Aku akan membunuhnya" (Abdullah)

Orang-Orang Quraisy dan Anak-anaknya berkata "Demi Allah, engkau tidak boleh membunuhnya sampai kapan pun hingga engkau memberi argumen yang kuat atas tindakanmu ini. Jika engkau tetap ngotot menyembelih, pastilah setiap orang akan menyembelih anaknya. Lalu bagaimana jadinya manusia nanti?" mereka takut perbuatan yang dilakukan oleh Pemuka Quraisy, Abdul Muthalib ini menjadi tradisi baru ditengah mereka, ketika memiliki sepuluh anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun