Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kroasia Membungkam Stigmatisasi Negatif di Piala Dunia

10 Desember 2022   16:04 Diperbarui: 10 Desember 2022   16:11 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Croatia | Sumber : Pexel/walderfoto

"The ball is round, the game lasts ninety minutes, and everything else is just theory". Itulah sepenggal kalimat yang saya kutip dari Journal of Sports Economics  yang ditulis Peter J Jost pada 2020. Artinya, semua kemungkinan bisa terjadi, apapun itu, termasuk kemenangan Kroasia yang berhasil membungkam kedigdayaan Brazil yang selama ini tak pernah takluk oleh Kroasia di lapangan hijau. Semua tercengang seolah tak percaya negara kecil dengan populasi 4 juta penduduk berhasil menghentikan "keperkasaan" negara berpopulasi 214 juta penduduk.

Itulah yang disebut dengan stereotip dan stigma. Hal ini wajar dalam pertandingan olahraga, dimana  kita sering mendengar negara yang diunggulkan dan negara yang tak diunggulkan di atas kertas. Hal ini tak terlepas dari rekam jejak performa negara di setiap event olahraga internasional, termasuk piala dunia. Setiap bangsa diasosiasikan semacam stereotip atau prasangka atau praduga yang seringkali mengarah pada stigmatisasi negatif untuk negara non-unggulan dan memberi dukungan yang menguntungkan negara-negara unggulan. Lihat saja begitu banyak supporter Brazil yang kecewa yang sulit menerima negara jagoannya dibungkam Kroasia. Namun, melalui sepak bola, persepsi suatu negara di tingkat internasional dapat mengubah dan melawan stereotip negatif yang mungkin dimiliki negara tersebut. Itulah yang dilakukan Kroasia.

Ketika suatu bangsa distigmatisasi, dapat dikatakan bahwa hal itu mengarah pada rusaknya reputasi bangsa tertentu. Suatu negara dapat menerima stigma, menolaknya, atau melawannya. Maka, Kroasia telak mematahkan stigma dan melawannya. Tak mudah kalah dan menyerah dengan tekanan dan pandangan yang mengucilkan. Yang terpenting, Kroasia member pelajaran bagi seluruh negara yang masih berjuang dengan stigma negatif, selalu ada cara untuk melepaskan diri dari stereotip dan "menendang" stigmatisasi tersebut melalui pengaruh sepak bola. Untuk memahami bagaimana sepak bola membantu Kroasia melepaskan diri dari stigmatisasi, lantas apa yang dilakukan Kroasia hingga mampu menepis semua stigma tersebut?

Belajar dari Kroasia

Meski kini Kroasia dikenal sebagai tujuan wisata yang populer, aman, kearifan lokal, dan budaya masyarakatnya yang ramah. Namun, siapa sangka, sepanjang sejarah Kroasia sering dikaitkan dengan stereotip negatif yang mengarah pada stigmatisasi negara tersebut. Kroasia pernah mengalami masa-masa sulit untuk mendapatkan pengakuan di komunitas internasional dan mengembangkan reputasi yang baik di antara negara-negara di seluruh dunia.

Olahragalah yang memainkan peran penting dalam kehidupan Kroasia. Sejak kemerdekaannya pada tahun 1991, Kroasia, melalui olahraga, terutama sepak bola berusaha mempromosikan dirinya sebaik mungkin hingga reputasi sepak bolanya menonjol sebagai komponen yang mempromosikan Kroasia di dunia dan juga memperkuat sentimen nasional di kalangan warganya.

Olahraga dan tim olahraga dianggap sebagai instrumen penting bagi pemerintah dan berbagai entitas yang terlibat dalam apa yang disebut diplomasi jaringan (network diplomacy). Lebih lanjut, tim sepak bola nasional Kroasia sangat berperan penting dalam mempererat persatuan Kroasia, mempromosikan negara secara global, menanamkan rasa kebanggaan dan nasionalisme.

Kroasia dikenal sebagai tim dengan kepercayaan diri tinggi, kekuatan tangguh, pertahanan yang kompak. Betapa tidak, sepak bola menjadi tumpuan pembentukan karakter nasional pemuda Kroasia. Dengan demikian, sangat terlihat sepak bola menjadi jembatan untuk melepaskan diri dari stigmatisasi. Kroasia tak kalah oleh perang dalam membangun kembali reputasi internasionalnya melalui sepak bola.

Bahkan dalam artikel "The Making and Breaking of the Greatest International Side Never to Be", yang diterbitkan di OTB Sports, menekankan ada relasi kuat antara perang dan olahraga. Lebih tepatnya, ketika perang dimulai di suatu negeri, olahraga tidak akan pernah kebal dari api yang mengamuk di sekitarnya. Artinya, meski politik tak boleh mengintervensi sepak bola, namun secara de facto sepak bola tak pernah luput dari campur tangan politik. Namun, Kroasia berhasil lolos dari situasi politik yang memanas dan berhasil menyeimbangkan antar kepentingan tersebut.

Kroasia juga dikenal sebagai bangsa olahraga, bangsa yang bekerja keras untuk meraih kesuksesannya. Kroasia menunjukkan kepada komunitas global bahwa mereka terus maju. Sepak bola digunakan sebagai alat politik dalam arti positif oleh pemerintah Kroasia untuk mendrongkrak ekonomi negaranya. Tak ayal Kroasia mampu beradaptasi dan memanfaatkan moment keberhasilan olahraga di Rusia sehingga berdampak besar pada ekonomi Kroasia. Kita lihat saja, partisipasi Kroasia di Piala Dunia terutama saat Kroasia berhasil menembus final piala dunia Rusia 2018 berhasil meningkatkan pariwisata di negara mereka. Menurut Kementerian Pariwisata dan Olahraga Kroasia, jumlah turis Spanyol, khususnya, meningkat empat belas persen setelah Piala Dunia 2018.

Sebelumnya, tidak seorang pun menyangka negara kecil berpenduduk empat juta orang akan memenangkan medali perak piala dunia. Ini bukti bahwa tim negara kecil jarang dianggap unggul di turnamen besar. Pasalnya, negara-negara seperti Kroasia sering dianggap kekurangan uang, kurang pendirian, dan memiliki pool talent yang lebih kecil untuk memilih atlet top.  Bahkan dulu, Kroasia dianggap negara yang sangat kecil sehingga orang-orang menggunakan Google untuk mencari tahu tidak hanya di mana letaknya, tetapi di mana benuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun