Mohon tunggu...
Irvan Kurniawan
Irvan Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk perubahan

Pemabuk Kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjadi Penulis Berjiwa Kesatria

8 Juli 2020   16:58 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:57 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kesatria (Foto: Dokpri)

Menggeluti dunia tulis-menulis bukanlah perkara gampang. Tak ada orang di dunia ini yang dilahirkan untuk menjadi penulis. Bukan pula bawaan genetik dalam garis keturunan tertentu. Menulis adalah keterampilan yang harus selalu diasa dalam proses yang panjang.

Menulis membutuhkan tiga soft skill agar menghasilkan tulisan yang bermutu dan punya daya pengaruh. Pengaruh yang dimaksud adalah perubahan persepsi dan perilaku bagi pembacanya. Tiga kemampuan itu yakni kecerdasan intektual, emosional dan spiritual. 

Kecerdasan intelektual berkaitan dengan kognisi, perbendaharaan kata khususnya dalam memilah diksi, kemampuan berpikir kritis, logis dan sistematis. Kemampuan emosional berkaitan dengan kepekaan sosial untuk melihat angel tulisan dan melibatkan perasaan dalam menulis. 

Kemampuan mengolah emosi juga bermanfaat untuk mengatasi gangguan emosional saat kita menulis. Sementara kecerdasan spiritual berkaitan dengan daya refleksi serta kontemplasi terhadap suatu persoalan yang sedang diangkat dalam tulisan kita.

Setidaknya tiga hal itulah yang menjadi pengalaman saya selama menggeluti dunia tulis-menulis. Jika salah satu unsur terganggu, maka akan berpengaruh dengan kualitas keseluruhan tulisan kita. 

Jika dalam tulisan kita, hanya ditonjolkan aspek intelektual semata tanpa melibatkan emosi dan spiritual, hampir pasti tulisan yang dihasilkan terkesan kaku, tidak cair, dan tentu membosankan bagi pembaca. Bahkan dalam situasi tertentu, kecerdasan intelektual justru dikalahkan oleh emosional. 

Saya sendiri pernah mengalami masalah itu ketika sedang menulis. Saat jemari sedang asyik menari di atas keyboard dan pikiran menjalar ke sana-ke mari merangkai kata, tiba-tiba seorang pengendara motor lewat dengan gas yang melambung tinggi. Saya langsung naik pitam sembari mengutuk pengendara tersebut. Anda tahu? Seketika itu pula, pikiran saya buyar dan nasib tulisan itu pun kehilangan arah. 

Karena itu, bagi saya, menulis adalah sebuah proses panjang untuk mengasa tiga kemampuan tersebut. Ibarat sebilah pisau, makin sering menulis, maka makin tajam pula kualitas tulisan kita. Lalu pertanyannya bagaimana cara menyelaraskan kemampuan pikiran, perasaan dan spiritual sebelum menulis?

Saya pernah membaca sebuah buku karya Erbe Sentanu berjudul "Quantum Ikhlas".  Pada satu bagian buku tersebut menjelaskan tentang kekuatan pikiran dan perasaan positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun