Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Nonton Real Madrid di Stade de France, 22 Tahun Lalu

24 Mei 2022   07:32 Diperbarui: 28 Mei 2022   07:26 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Real Madrid dan Pangeran Felipe, sekarang Raja Spanyol, menerima trofi Liga Champions 2000. (Sumber: Pascal George/Getty Images)

Stade de France, Saint-Denis, 24 Mei 2000, 22 tahun lalu. Final Liga Champions. Real Madrid versus Valencia, merupakan pertemuan pertama antara dua klub senegara di ajang antarklub tertinggi di Eropa.

Dan, saya menjadi salah satu dari 80.000 penonton yang mengisi bangku-bangku Stade de France, menyaksikan bagaimana Madrid mengalahkan Valencia dengan skor telak, 3-0.

Hadir di Stade de France adalah liputan kedua saya di final Liga Champions. Yang pertama, tentu saja, di Barcelona pada Mei 1999, mempertemukan Manchester United dan Bayern Muenchen. Masih ingat ‘kan bagaimana hasilnya?

Setelah satu tahun sebelumnya final digelar di sebuah negara dengan mayoritas penduduknya berbahasa Spanyol, di Prancis, tentu saja hampir semua ngomong Prancis. 

Pada 2000, dua bahasa itu asing sama sekali untuk saya. Sekarang sih, bahasa Prancis juga masih asing, karena sama sekali tak pernah ikut kursus. Kalau bahasa Spanyol, bisalah sedikit-sedikit. Sedikit-sedikiiiit sekali, basic doang, setelah ikut kursus beberapa bulan.

Saya ingat ketika itu saya tiba di Paris beberapa hari sebelum final. UEFA memakai pusat kota Paris sebagai markas, untuk mengurus ID pers dan sebagainya. 

Sementara saya menginap di utara Paris, dekat-dekat Gare du Nord, stasiun kereta api di mana saya menumpang Paris Metro untuk pergi ke Saint-Denis. Jangan tanya line yang mana ya. Saya sudah lupa. Perjalanan dengan kereta hanya sekitar 15 menit. Sejenak.

Ketika itu, Valencia sangat diunggulkan untuk menjadi juara. Entahlah, mungkin karena kiper Madrid, Iker Casillas, baru saja mentas dari masa remaja. Sementara, kiper Valencia, Santiago Canizares, sedang matang-matangnya.

Padahal, kalau dilihat dari dereten pemain, Madrid punya banyak jagoan, walau sebagian besar sudah veteran, seperti Fernando Redondo (yang malam itu menjadi kapten), Raul Gonzalez si pangeran Madrid, Roberto Carlos, Fernando Morientes, dan Fernando Hierro yang menjadi pemain pengganti. Dan, pemain Prancis yang ada di starting XI, Nicolas Anelka. Oh iya, ada Steve McManaman juga, si orang Inggris.

Di sisi Valencia, selain Canizares, ada Gaizka Mendieta sang kapten, Mauricio Pellegrino, Miguel Angel Angulo, Claudio Lopez. Lalu ada bek Prancis, Jocelyn Angloma. Eh iya, Luis Milla juga ada di bangku cadangan, sayangnya dia tak bermain. Pada suatu hari, ia akan dikenal sebagai salah satu pelatih tim nasional Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun