Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Uniknya Bekerja Bersama Gen Z

28 Desember 2021   15:20 Diperbarui: 29 Desember 2021   17:35 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gen Z di dunia kerja. Sumber: Tirachardz/Office Photo via parapuan.co

Selama saya bekerja di tabloid olahraga, rekan kerja saya kebanyakan adalah Gen X, sama dengan saya. Ada juga yang masuk golongan baby boomer, namun itu hanya sedikit. Lalu, seiring waktu, saya mendapat rekan kerja dari golongan milenial alias Gen Y.

Bekerja bersama orang-orang milenial tidak terlalu banyak tantangan, berdasarkan pengalaman yang saya alami. Mirip-mirip dengan Gen X, meski rentang usia yang sebenarnya tidak dekat.

Menurut Beresford Research, Gen X adalah mereka yang lahir pada 1965 hingga 1980, sementara Gen Y lahir pada 1981 hingga 1996. Saat ini, Gen Y sedang berada pada masa puncak karier, menurut saya. Usia tertua golongan itu adaah 40 tahun. Usia di mana keuangan adalah faktor yang penting, sebab mereka bisa menjadi penentu trend. Tapi, mereka juga mulai memiliki banyak keperluan, apalagi yang sudah berkeluarga.

Satu hal, Gen Z kebanyakan adalah keturunan dari Gen X. Sementara, Gen Y nantinya akan melahirkan Gen Alpha atau selanjutnya. Nah, bicara soal Gen Z, atau kadang disebut sebagai Zoomer, saya punya kesempatan untuk bekerja bersama salah satu dari mereka.

Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan salah satu mantan rekan kerja di tabloid olahraga yang saya sebut di atas. Saat ini, dia memiliki sebuah firma komunikasi dan berencana untuk membesarkan sebuah televisi online berbasis YouTube.

Kebetulan putranya juga berminat di bidang komunikasi dan mempunyai sebuah rumah produksi kecil-kecilan. Selama ini, ia dan timnya sudah membantu ayahnya untuk membuat konten audio-visual di televisi online itu.

Kini, akun mereka di YouTube itu ingin dikonsentrasikan untuk sepak bola. Dan, mereka ingin agar saya membuatkan program, sehingga isi konten tidak mblandang tanpa arah. Ada program dari pekan ke pekan.

Sebenarnya ayahnya juga ahli kalau bicara sepak bola, namun ia tak punya waktu untuk itu, karena sudah mengurus firmanya.

Anak Gen Z ini, saya tahu saat dia lahir pada 1999. Kami menengok di rumah sakit usai ibunya melahirkannya. Kini, ia berusia 22 tahun dan sejenak lagi akan menjadi sarjana. Ketika tahu bahwa si Gen Z ini sudah sedemikian besar, mendadak saya merasa sangat tua. Hahahaha

Teman saya mengatakan anaknya tidak suka dengan konten sepak bola masa lalu, yang isinya hanya sejarah. Padahal, sebagai Gen X, dengan rambut perak bertebaran di kepala, kami lebih senang mengenang-ngenang. Beda halnya dengan Zoomer yang saya temui ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun